The Speed of Trust: The One Thing That Changes Everything

trust
Ilustrasi Foto: Pixabay

Ada satu hal krusial yang menentukan sukses atau tidaknya suatu hubungan; baik hubungan pribadi, profesional, maupun organisasi. Satu hal itu adalah kepercayaan (trust). Itulah inti yang disampaikan dalam buku The Speed of Trust: The One Thing That Changes Everything, karya Stephen M. R. Covey.

Dalam bukunya, Covey menyampaikan contoh sederhana, tapi penting, tentang perbedaan antara ada dan tiadanya kepercayaan dalam komunikasi. Dalam hubungan yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, kamu bisa saja salah menyampaikan sesuatu kepada orang lain, tapi mereka mengerti apa yang kamu maksud. Sebaliknya, dalam hubungan dengan tingkat kepercayaan rendah, kamu bisa saja menyampaikan sesuatu dengan jelas dan tepat, tetapi orang lain salah mengartikannya.

Mitos vs realita

The Speed of Trust menggarisbawahi bahwa kepercayaan merupakan pendorong ekonomi, kepercayaan merupakan kompetensi utama dari kepemimpinan, dan kepercayaan adalah kompetensi yang bisa dipelajari.

Buku ini juga mengulas tentang mitos-mitos mengenai kepercayaan. Berikut beberapa di antaranya:

1. Mitos bahwa kepercayaan itu lembek dan abstrak. Faktanya menurut Covey, kepercayaan itu kuat atau tegas, nyata, dan terukur. Dalam hubungan personal ataupun profesional di organisasi, kepercayaan dapat diukur dari hasil dan pengaruhnya terhadap waktu atau kecepatan (speed) dan biaya (cost).

2. Mitos bahwa kepercayaan dibangun hanya berlandaskan integritas. Faktanya, kepercayaan perlu dibangun dengan landasan karakter dan kompetensi.

3. Mitos bahwa mempercayai orang adalah hal yang sangat berisiko. Kenyataannya, buku ini mengungkap bahwa tidak mempercayai orang adalah jauh lebih berisiko.

Kepercayaan sebagai pendorong ekonomi

Menurut Covey, kepercayaan selalu memengaruhi dua hasil: speed dan cost. Ketika kepercayaan menurun, maka kecepatan juga akan menurun (waktu untuk menyelesaikan masalah menjadi lebih lama) dan biaya akan meningkat. Dia mencontohkan waktu pemeriksaan yang lebih lama dan biaya yang lebih besar yang diperlukan untuk menjaga keamanan bandara di Amerika pasca tragedi 9/11.

Sebaliknya, kepercayaan yang tinggi dapat menghemat waktu dan biaya dalam urusan bisnis. Covey memberi contoh ketika Warren Buffet menyelesaikan akuisisi McLane Distribution dari Wal-Mart hanya dengan pertemuan singkat selama dua jam saja. Karena adanya tingkat kepercayaan yang tinggi antara kedua belah pihak, proses merger bisa dilakukan kurang dari satu bulan—atau terhindar dari proses merger yang pada umumnya bisa berbulan-bulan dengan biaya yang tinggi untuk pengacara dan proses due diligence.

Lima tingkat kepercayaan

Dalam buku ini, Covey mengingatkan tentang adanya lima tingkat atau gelombang kepercayaan yang bisa menciptakan perubahan. Kelima tingkatan tersebut adalah:

1. Self-trust, atau kepercayaan terhadap diri sendiri. Kunci dari tingkat kepercayaan yang pertama ini adalah kredibilitas diri kita. Ada empat elemen dasar yang membentuk self-trust, yakni integrity (integritas), intent (tujuan), capablities (kemampuan), dan result (hasil). Dua elemen pertama berkaitan dengan karakter, dan dua lainnya berhubungan dengan kompetensi.

2. Relationship trust, berkaitan dengan kepercayaan dalam hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Yang mendasari tingkat kepercayaan ini adalah konsistensi sikap kita dan orang-orang di sekitar kita. Buku ini juga mengelompokkan sikap-sikap yang membentuk kepercayaan berdasarkan karakter dan kompetensi.

3. Organizational trust, atau kepercayaan dalam organisasi. Kepercayaan yang tinggi dalam tingkatan ini bisa ditemukan jika ada keterbukaan informasi, toleransi, kesempatan untuk berinovasi dan berkreasi dalam organisasi. Pada level ini, pemimpin perlu membangun struktur, sistem kerja, serta budaya yang bisa menumbuhkan rasa percaya dalam organisasi.

4. Market trust, adalah kepercayaan yang diberikan pasar, terkait dengan brand dan reputasi produk atau perusahaan. Market trust tak akan terjadi tanpa adanya tiga tingkat kepercayaan sebelumnya, serta tanpa kerja tim yang solid untuk membangun reputasi brand.

5. Societal trust, adalah kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada organisasi yang dinilai telah memberikan kontribusi kepada mereka. Societal trust berkaitan dengan kontribusi serta manfaat dan nilai (value) yang diberikan oleh seseorang atau organisasi kepada masyarakat.

Kesimpulan

Buku ini mengajarkan bahwa setiap hubungan—baik personal maupun profesional—harus dibangun berlandaskan kepercayaan. Dengan kepercayaan, kita sebagai pribadi dan organisasi bisa melakukan hal-hal besar.

Kepercayaan harus dibangun mulai dari dalam diri kita sendiri, karena tak mungkin kita bisa dipercaya oleh orang lain, rekan kerja, atasan, atau organisasi; jika kita tidak mempercayai diri kita sendiri.

Pada akhirnya, untuk berhasil dalam hubungan personal maupun bisnis, sangat penting bagi kita untuk untuk menginvestasikan kepercayaan kepada diri kita sendiri dan pada orang-orang di sekitar kita, termasuk atasan, bawahan, rekan kerja, klien, customer, dan organisasi.

Satu lagi pesan penting dari buku ini untuk kita, Ladies, banyak manajer yang kompeten di bidangnya tidak bisa menjadi pemimpin karena mereka enggan belajar untuk memberi atau mengembangkan kepercayaan kepada orang lain, dan bersikap micromanage terhadap timnya.

About Restituta Arjanti

Biasa dipanggil dengan nama tengahnya, Ajeng. Ia memulai kariernya sebagai Jurnalis. Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di Industri Media dan Teknologi, sekarang ia aktif sebagai penulis dan editor profesional serta konsultan di bidang Media, Konten, dan Public Relations.

View all posts by Restituta Arjanti →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *