Strategi Bertahan Saat Situasi Kerja Mulai Tak Pasti

Ilustrasi Foto: Freepik.com

Mana ada sih, karyawan yang tak berharap bisa bekerja di perusahaan yang stabil dan sehat. Namun, kenyataan tidak selalu berjalan sesuai harapan, apalagi di tengah situasi ekonomi yang tak menentu. Karyawan di beberapa perusahaan mungkin sudah mulai merasakan ketidaknyamanan, seperti gaji telat masuk dan dicicil, bonus dan fasilitas dipangkas atau bahkan dihilangkan, mulai banyak obrolan penuh rumor di pantry kantor, atau suasana rapat yang tegang karena sering membahas soal efisiensi. Situasi seperti ini umumnya menjadi pertanda bahwa perusahaan sedang berada di masa sulit, dan badai PHK mungkin saja segera terjadi.

Meski terdengar menakutkan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan karyawan sebelum badai benar-benar datang. Dengan persiapan, kamu tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga tetap melangkah.

1. Membaca Tanda-Tanda Sejak Dini

Perusahaan yang sedang goyah bisa dibayangkan seperti sebuah kapal yang perlahan oleng di tengah laut. Para awak kapal sigap untuk lebih cepat menyelamatkan diri ketimbang menyangkal badai. Tanda-tanda perusahaan yang sedang tidak sehat sering muncul lebih awal. Gejalanya antara lain, pembayaran vendor yang tertunda, pemangkasan bonus dan fasilitas karyawan, proyek besar yang dibatalkan tanpa alasan jelas, hingga manajemen yang mendadak menjadi tertutup. Jika mulai terdengar kabar tentang direksi dan manajemen senior mengundurkan diri, jangan anggap sepele. Peka terhadap sinyal ini membuat kamu lebih siap menata langkah, bukan sekadar menunggu keputusan yang mengejutkan dan tak diinginkan.

2. Perkuat Jaringan dan Relasi Profesional

Dalam dunia kerja, jaringan profesional adalah aset yang tak ternilai. Banyak orang mendapatkan pekerjaan baru bukan dari iklan lowongan, melainkan dari rekomendasi kolega atau kenalan. Jagalah relasi dengan mereka. Gunakan waktu luang untuk kembali menyapa mantan rekan kerja, bergabung dalam komunitas profesi, atau aktif berbagi insight di LinkedIn. Kehadiranmu di ruang-ruang profesional bisa membuka peluang baru ketika sewaktu-waktu harus berpindah haluan. Ingat, relasi bukan hanya tentang mencari pekerjaan, tetapi juga dukungan moral dan berbagi informasi yang relevan.

3. Terus Upgrade Skills

Kompetensi pribadi adalah “pelampung” yang bisa menolong kita ketika menghadapi situasi kerja yang tak menentu. Jika selama ini kamu terlalu sibuk dengan rutinitas kantor, mulailah sisihkan waktu untuk meng-upgrade diri. Kamu bisa meningkatkan kompetensi dengan mengikuti kursus online, membaca buku terkait tren industri dan profesi, atau ikuti workshop singkat. 

Jika kamu berprofesi sebagai staf administrasi, misalnya, kamu bisa mulai mempelajari keterampilan analisis data. Atau, jika kamu bekerja sebagai staf pemasaran, kamu bisa memperdalam ilmu digital marketing. Selain itu, jangan lupakan soft skill seperti kemampuan membawakan presentasi dan bernegosiasi. Selain bisa meningkatkan kemampuan, kursus atau pelatihan yang sesuai dengan minat dan berkaitan dengan pekerjaan juga bisa membuatmu menjadi karyawan yang patut dipertahankan oleh perusahaan sekarang ataupun kandidat yang lebih menarik di tempat baru. Semangat!

4. Amankan Keuangan Pribadi

Masalah finansial adalah kecemasan terbesar menjelang PHK. Karena itu, penting bagi tiap karyawan untuk menyiapkan pengaman berupa dana darurat. Mulailah dengan menghitung rata-rata pengeluaran bulanan, lalu targetkan simpanan minimal 3 hingga 6 kali lipatnya. Jika saat ini simpananmu belum cukup, kurangi dulu gaya hidup konsumtif dan pangkas keperluan-keperluan yang tak mendesak. Kamu bisa mulai dengan membawa bekal ke kantor atau membeli makan siang yang lebih sederhana, dan mengalihkan liburan ke aktivitas hiburan yang tetap sehat tapi lebih terjangkau. 

Selain itu, prioritaskan pelunasan utang berbunga tinggi agar tidak membebani di kemudian hari. Kondisi finansial yang lebih sehat bisa membantu kamu mengambil keputusan karir secara rasional tanpa terjebak panik karena tekanan ekonomi.

5. Kumpulkan Dokumen-dokumen Penting

Wajar jika banyak karyawan panik ketika tahu dirinya terdampak PHK. Bingung soal pesangon, sisa cuti, panik karena akan kehilangan fasilitas kesehatan, dan masih banyak lagi. Untuk meminimalisir kebingungan, biasakan menyimpan dokumen penting seperti kontrak kerja, slip gaji, dan peraturan perusahaan. 

Luangkan waktu untuk membaca Undang-Undang Ketenagakerjaan atau konsultasi singkat dengan teman yang berprofesi sebagai HR untuk memahami hak-hak kamu sebagai pekerja. Pengetahuan ini bisa menjadi pegangan saat kamu perlu menegosiasikan hak, agar tidak dirugikan di tengah situasi sulit.

6. Siapkan “Plan B” dan Tetap Jaga Kesehatan Mental

Tidak ada salahnya bersikap realistis dan antisipatif. Buatlah skenario jika PHK benar-benar menimpa dirimu. Perbarui CV, rapikan portofolio, dan pasang profil profesional kamu di LinkedIn. Selain mulai mencari kesempatan kerja baru, kamu juga bisa mulai memikirkan alternatif lain. Misalnya, membuka usaha kecil, menjadi pekerja freelance, atau mulai mengambil proyek konsultasi sesuai keahlianmu. Rencana cadangan bisa memberi sedikit rasa aman karena kamu memiliki rencana dan menyadari masih ada jalan lain di tengah situasi yang tak menentu.

Satu lagi yang tak kalah penting adalah menjaga keseimbangan mental. Tak bisa dipungkiri, suasana kerja yang tak jelas menguras energi dan emosi, menimbulkan kecemasan, demotivasi, dan membuat produktivitas menurun. Karena itu, untuk menjaga kesehatan mental, lakukan olahraga ringan, tidur cukup, dan batasi paparan gosip kantor yang hanya memperburuk pikiran. Jangan pendam pikiranmu sendiri. Bicaralah dengan sahabat atau anggota keluarga yang bisa dipercaya untuk memberi dukungan emosional. Ketenangan pikiran menjadi modal utama bagi kita untuk tetap berpikir jernih di tengah berbagai tekanan.

Bersiap untuk hal terburuk bukan berarti kita pesimis, melainkan bentuk tanggung jawab kita terhadap masa depan. Semoga di tengah situasi sulit, langkah-langkah kecil yang telah kita siapkan bisa menjadi pijakan untuk bertahan dan tetap melangkah menuju masa depan yang kita impikan ya, Ladies!

About Gabriella Restu

Mantan jurnalis dengan latar belakang pendidikan ilmu eksak. Berbekal pengalaman yang cukup panjang di industri media dan digital, saat ini Gabi aktif sebagai penulis lepas dan ghostwriter.

View all posts by Gabriella Restu →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *