Bagaimana Mengatasi Rasa Cemas Ketika Menghadapi Situasi Sulit?

mengatasi rasa cemas
Ilustrasi Foto: Pixabay

Rasa cemas bisa menyerang siapa saja, kapan saja. Karyawan atau pekerja profesional seperti kita pun bisa berhadapan dengan situasi sulit yang menimbulkan cemas. Misalnya, ketika harus mengambil keputusan penting, ketika menghadapi wawancara kerja, saat memasuki hari pertama kerja di kantor baru, saat meeting dengan klien yang rewel, atau ketika mendadak harus menggantikan bos melakukan presentasi penting.

Asal kamu tahu Ladies, perasaaan cemas itu muncul ketika kita menghadapi situasi sulit dan kita merasa tak punya kontrol atas situasi tersebut. Perasaan cemas itu tak selalu negatif. Jika munculnya hanya sesekali dan tidak berlebihan, rasa cemas justru bisa membuat kita berhati-hati dan berusaha melakukan tindakan preventif. Contohnya, rasa cemas membuat kita merasa perlu mengantisipasi pertanyaan “ajaib” dari klien atau pewawancara dengan menyiapkan berbagai jawaban sebelum berhadapan dengan mereka.

Meski begitu, jangan sampai rasa cemas dirasakan berlarut-larut karena dapat berdampak buruk dan menimbulkan gangguan mental. Nah, sebelum kecemasan yang kamu alami berkelanjutan, cobalah lakukan beberapa hal berikut ini:

1. Pahami rasa cemasmu dan tetap berpikir positif

Cobalah beri ruang bagi rasa cemasmu. Yang paling mengetahui rasa cemas dalam diri kita adalah pikiran dan tubuh kita sendiri. Cukup banyak gejala cemas yang tanpa kita sadari dapat memicu stres bahkan depresi, seperti tubuh mudah lelah, sulit berkonsentrasi, mengalami gangguan tidur, atau perasaan tak berdaya atau ‘berada di ujung tanduk’.

Meski sulit, cobalah mencari sisi positif dari kehadiran rasa cemas itu. Jika kita melihat dari sisi positif, rasa cemas bisa membantu kita lebih berhati-hati dan menyiapkan tindakan preventif. Rasa cemas juga dapat memotivasi kita untuk segera melewati situasi yang sulit.

2. Beri kepastian untuk diri sendiri

Rasa cemas semakin kuat ketika kita merasakan ketidakpastian atau merasa tak punya kontrol atas suatu hal atau keadaan. Dalam wawancara kerja misalnya, kita tak bisa mengontrol pertanyaan yang akan diajukan oleh pewawancara. Dalam meeting dengan klien yang rewel, kita tak tahu apakah konsep kerja sama yang kita siapkan sudah cukup menarik atau tidak buat mereka. Atau ketika tiba di kantor, kita tak tahu bagaimana suasana hati si bos yang dikenal moody.

Cara termudah untuk mendapatkan mengatasi kecemasan akan hal-hal itu adalah dengan melakukan antisipasi, persiapan, berlatih, dan mengumpulkan informasi.

3. Puji diri sendiri

Ladies, kamu boleh mengakuinya atau tidak, tapi rasa cemas itu sering timbul karena kita merasa kurang pede (percaya diri) dengan diri kita sendiri. Asal kamu tahu, bukan orang biasa saja yang bisa mengalami hal ini. Orang-orang dengan segudang prestasi, bahkan mungkin sosok idolamu pun, bisa merasakan hal ini.

Untuk mengatasi rasa cemas dan membangkitkan semangatmu, cobalah beri pujian untuk dirimu sendiri. Katakan atau tuliskan pencapaian-pencapaian yang sukses kamu raih. Ingat pula pujian yang pernah disampaikan oleh rekan kerja atau atasanmu. Syukuri semua itu.

Pujian dan afirmasi (penegasan) positif untuk dirimu sendiri dapat membuatmu merasa tenang dan lebih pede menghadapi tantangan atau hal-hal yang membuatmu cemas.

 4. Ingat, what doesn’t kill you makes you stronger!

Sering kali kita hanya berpikir pendek ketika merasa cemas. Padahal, belum tentu hal-hal yang kita cemaskan akan terjadi. Ketika sedang menghadapi situasi sulit, cobalah ajukan pertanyaan ini. “Apa hal terburuk yang mungkin terjadi?”

Jika gagal dalam wawancara kerja, apa yang akan terjadi? Jika gagal memenangkan pitching dengan klien yang rewel, apa yang akan terjadi? Jika disemprot oleh bos moody yang suasana hatinya sedang buruk, apa yang terjadi? Apakah kegagalan itu akan membuat kita mati?

Tanpa bermaksud mengecilkan masalah, jika kita gagal dalam wawancara kerja, maka kita “hanya” akan gagal mendapatkan pekerjaan (yang mungkin saja memang tidak cocok dengan kita).

Jika kita gagal dalam presentasi di depan klien yang rewel, maka hal yang mungkin terjadi adalah project kerja sama dengan klien tersebut tidak diperpanjang (hal yang mungkin malah bisa membuat hidupmu lebih tenang), kita ditegur bos, kita tidak mendapatkan bonus, atau yang terburuk: kita dipecat dari perusahaan.

Jika di kantor harus berhadapan dengan bos yang moody, maka hal terburuk yang mungkin terjadi adalah kita jadi bahan pelampiasan emosinya—hal yang sebenarnya bisa membuat kita belajar lebih sabar dan belajar menjadi pemimpin yang lebih baik.

Nah Ladies, memikirkan skenario-skenario yang terburuk, sambil tetap mempersiapkan diri menghadapi situasi sulit bisa membantu menurunkan kecemasan kita. 

Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian, para pembaca Chic Managers ya! 🙂

About Gabriella Restu

Mantan jurnalis dengan latar belakang pendidikan ilmu eksak. Berbekal pengalaman yang cukup panjang di industri media dan digital, saat ini Gabi aktif sebagai penulis lepas dan ghostwriter.

View all posts by Gabriella Restu →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *