Baru Dipromosi Jadi Manajer? Jangan Kaget, Ini Tantangannya

Ilustrasi Foto: Freepik.com

Transisi dari seorang staf menjadi manajer bisa jadi penuh tantangan dan prosesnya pun tak selalu berjalan mulus. Tanggung jawab bertambah, ekspektasi meningkat, dan cara berinteraksi dengan tim pun berubah. Tak heran jika banyak manajer baru merasa antusias sekaligus cemas untuk bisa memimpin dengan baik dan efektif. Supaya tidak kaget, penting untuk memahami lebih dulu beberapa tantangan yang biasanya dihadapi oleh manajer baru.

1. Sulit melepas peran lama 

Banyak manajer baru terbiasa menjadi doer atau orang yang turun tangan langsung dalam  menyelesaikan pekerjaan, dan sulit dalam memberikan delegasi. Pola ini biasanya terbawa terutama di awal seseorang menjadi manajer. Biasanya, alasannya agar pekerjaan cepat selesai dan lebih rapih. Akibatnya, ia bisa kewalahan sendiri dan membuat timnya tidak berkembang karena potensi anggota tim tidak tergali. Selain itu, si manajer juga kehilangan fokus pada hal strategis.

2. Merasa tak enak dalam mengelola rekan kerja yang kini jadi bawahan

Jika promosi terjadi dalam tim yang sama, manajer baru dituntut untuk mengubah hubungan dengan rekan kerjanya, dari teman sejawat menjadi atasan. Hal ini bisa menimbulkan ketegangan karena ada perubahan dalam hal otoritas. Manajer baru harus adil dalam memberi penilaian kinerja kepada bawahan yang dulu adalah rekan dekatnya. Bila terlalu lunak, manajer bisa dianggap tidak adil oleh tim yang lain. Sementara bila terlalu keras, hubungan personal bisa renggang.

3. Ekspektasi ganda dari atasan dan tim

Manajer berada di posisi “tengah”. Ia dituntut mencapai target ambisius dari atasan, sekaligus menjaga semangat dan beban kerja tim tetap seimbang. Tekanan dari dua arah ini bisa membingungkan bagi manajer baru, karena ia sering kali harus membuat keputusan sulit. Ekspektasi yang tidak dikelola dengan baik, selain bisa membuat ia kehabisan energi, juga bisa menurunkan moral tim dan menimbulkan penilaian buruk di mata atasan.

4. Kurang pengalaman dalam memberikan feedback

Memberi feedback atau umpan balik adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki seorang manajer. Banyak manajer baru cenderung terlalu lembut dalam memberikan feedback hingga tidak jelas, atau terlalu keras hingga melukai perasaan. Jika skill ini tidak dikuasai dengan baik, maka risikonya adalah komunikasi renggang, motivasi tim menurun, dan kepercayaan dari anak buah berkurang.

5. Manajemen waktu lebih kompleks

Ketika menjadi staf, fokus utama adalah menyelesaikan pekerjaan sendiri. Sebagai manajer, tidak bisa begitu. Agendanya dipenuhi rapat, laporan, dan koordinasi lintas divisi. Hal ini membuat banyak manajer baru merasa kesulitan dan tidak punya waktu untuk berpikir strategis. Jika tantangan ini tidak dikola dengan baik, maka keputusan strategis akan tertunda, tim merasa kurang mendapat arahan, dan manajer rentan mengalami burnout.

6. Tekanan untuk membuktikan diri

Manajer baru tertantang untuk segera menunjukkan hasil besar demi membuktikan kompetensinya pada atasan. Dorongan ini terkadang membuat mereka terburu-buru mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang dan kurang diskusi dengan pihak-pihak yang terkait. Padahal, keputusan sepihak dan terburu-buru biasanya kurang efektif, dan perubahan yang mendadak justru membuat tim bingung dan resisten.

Ya, menjadi manajer baru memang perjalanan penuh tantangan, tapi juga kesempatan emas untuk tumbuh. Tantangan-tantangan di atas wajar dialami siapa pun yang baru masuk dunia kepemimpinan. Yang terpenting, kuncinya adalah kamu menyadari sejak awal tantangannya dan menyiapkan strategi menghadapinya. Ingat, tim tidak menuntut kamu untuk sempurna, tetapi mereka butuh pemimpin yang dapat diandalkan–bisa dipercaya, mau mendengarkan, dan mau belajar bersama. Semangat selalu, ya!

About Ruthara Ika

Ruth adalah penulis dan penjelajah ide. Ia percaya bahwa setiap langkah kecil menuju perubahan diri adalah bagian dari perjalanan menuju hidup yang lebih bermakna. Sebagai introvert, ia senang mengamati dan mempelajari hal-hal terkait kepemimpinan, entrepreneurship, dan pengembangan diri. Pecinta anjing dan kucing ini menikmati kesederhanaan dan kehangatan dari kehadiran mereka.

View all posts by Ruthara Ika →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *