Dos & Don’ts untuk Manajer Baru

Ilustrasi Foto: Freepik.com

Menjadi manajer baru cukup banyak tantangannya, dan sering kali membuat seseorang bingung harus memulai dari mana. Di satu sisi, manajer baru ingin menunjukkan kemampuannya, tapi di sisi lain ia takut salah langkah. Untuk membantumu, berikut panduan Dos & Don’ts alias hal-hal yang sebaiknya dilakukan dan perlu kamu hindari untuk membantu kamu menjalani tiga bulan pertama sebagai pemimpin tim.

Hal-hal yang sebaiknya dilakukan

1. Bangun kepercayaan tim dan dengarkan sebelum membuat keputusan
Kepercayaan adalah modal utama kepemimpinan. Tunjukkan kamu bukan sekadar atasan saja, tapi juga pemimpin dengan bersikap konsisten, jujur, dan terbuka. Luangkan waktu untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh tiap anggota tim, misalnya dengan mengadakan diskusi 1-on-1 dengan mereka. Pahami pula proses dan budaya kerja perusahaan sebelum membuat perubahan besar.

2. Delegasikan tugas dengan bijak
Belajarlah untuk mempercayakan pekerjaan pada tim, tetapi tetap melakukan fungsi pengawasan yang diperlukan tanpa bersikap micromanage. Jangan coba kerjakan semuanya sendiri.

3. Berikan umpan balik yang konstruktif
Di setiap umpan balik, sampaikan apresiasi sekaligus saran perbaikan dengan cara yang membangun. Bertindaklah objektif. Jaga sikap dan nada bicara agar tidak terkesan menghakimi atau terlalu lembut. 

4. Tunjukkan kepedulian dan belajar mengelola ekspektasi
Lakukan observasi untuk lebih memahami kelebihan dan kekurangan tiap anggota tim. Kenali tim kamu bukan hanya sebagai pekerja, tapi juga sebagai individu dengan kebutuhan dan aspirasi.Dengan begitu, kamu bisa lebih mengenal dan mendalami potensi masing-masing. Ketika memberikan delegasi, pastikan semua anggota tim paham apa yang menjadi target dan prioritas utama mereka.

5. Rayakan setiap kemenangan kecil
Apresiasi sederhana bisa meningkatkan semangat kerja tim. Jangan tunggu pencapaian besar untuk memberi pengakuan. Ucapan terima kasih, tepukan di bahu, atau sekadar menyebut nama anggota tim yang berkontribusi bisa menumbuhkan rasa dihargai dan memperkuat budaya positif di tempat kerja. Tim akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik.

6. Cari mentor untuk membimbing
Belajar dari mereka yang lebih berpengalaman bisa membantu mempercepat proses adaptasi.

Hal-hal yang sebaiknya dihindari

1. Jangan terburu-buru melakukan perubahan
Manajer baru sering kali tergoda untuk membuktikan kemampuannya. Meski begitu, lakukan semuanya secara bijak dan selalu libatkan tim di dalamnya  Perubahan yang terlalu cepat bisa membuat tim resisten.

2. Jangan menghindari percakapan sulit
Manajer dituntut untuk menjaga komunikasi dalam tim, karena itu jangan menghindari diskusi atau percakapan yang sulit, termasuk jika terjadi konflik dalam tim. Konflik atau masalah terkait kinerja tim perlu dihadapi, bukan dibiarkan menumpuk hingga menjadi bukit..

3. Jangan pilih kasih
Perlakukan semua anggota tim dengan adil, meski ada anggota  yang lebih dekat secara pribadi. Sikap pilih kasih bisa menurunkan kepercayaan dan menimbulkan rasa tidak adil dalam tim. Pemimpin yang objektif menilai berdasarkan kinerja, bukan kedekatan pribadi. Pastikan setiap orang merasa memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan diakui.

4. Jangan micromanage
Berikan ruang bagi anggota tim untuk mengambil keputusan dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mengontrol setiap detail hanya akan membuat tim tidak berkembang dan menurunkan kepercayaan karena mereka merasa terlalu diawasi. Pemimpin yang bijak tahu kapan harus memberi arahan dan kapan harus mundur agar tim bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dengan begitu, kinerja dan kreativitas tim bisa berkembang.

5. Jangan takut mengakui kesalahan
Kerendahan hati justru bisa membuat tim lebih respek kepada atasan. Mengakui kesalahan menunjukkan bahwa kamu manusiawi dan berani bertanggung jawab atas keputusan yang diambil. Sikap ini juga membuka ruang bagi tim untuk belajar bersama dan mencari solusi tanpa saling menyalahkan. 

6. Jangan hanya terjebak pada target
Kinerja memang penting, tapi jangan lupakan motivasi, moral, dan kesejahteraan tim. Fokus berlebihan pada target bisa membuat pemimpin kehilangan empati dalam memimpin. Perhatikan juga bagaimana perasaan dan emosi tim, apakah mereka bersemangat, lelah, atau kehilangan arah. Pemimpin yang baik akan berusaha menjaga keseimbangan antara hasil dan kesejahteraan tim, karena dengan begitu performa tim akan meningkat dengan sendirinya.

Semoga tips di atas bermanfaat dan bisa kamu praktikkan untuk membangun fondasi kepemimpinan yang kuat. Ingat, sukses sebagai pemimpin bukan hanya soal pencapaian target, tapi juga soal bagaimana kita berkembang bersama tim.

About Ruthara Ika

Ruth adalah penulis dan penjelajah ide. Ia percaya bahwa setiap langkah kecil menuju perubahan diri adalah bagian dari perjalanan menuju hidup yang lebih bermakna. Sebagai introvert, ia senang mengamati dan mempelajari hal-hal terkait kepemimpinan, entrepreneurship, dan pengembangan diri. Pecinta anjing dan kucing ini menikmati kesederhanaan dan kehangatan dari kehadiran mereka.

View all posts by Ruthara Ika →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *