Selalu Dapat Tugas Tambahan Tapi Tak Diapresiasi? Baca Artikel Ini

Ilustrasi Foto: Freepik.com

Di setiap kantor atau tim, selalu ada satu orang yang tampaknya menjadi ‘tumpuan’ ketika pekerjaan mendadak muncul. Biasanya dia bukan pemimpin tim, bukan pula karyawan paling senior, tapi namanya hampir selalu muncul tiap kali ada tugas tambahan, laporan mendesak, atau pekerjaan yang “butuh orang yang bisa dipercaya”. Sosok itu biasanya karyawan yang rajin, cekatan, dan jarang mengeluh.

Jika kamu merasa itu dirimu, kamu mungkin sudah hafal dengan situasi dan rasanya, Bekerja lebih lama dari rekan lain, multitasking untuk menyelesaikan tugas utama dan tambahan, bekerja lembur, lalu pulang dengan pikiran lelah, “Kenapa selalu aku yang dapat tugas tambahan ya? Tapi kok aku belum juga dapat promosi atau diapresiasi?”

Fenomena ini banyak terjadi di lingkungan kerja, baik di perusahaan besar hingga yang berskala UMKM. Dalam dinamika kerja yang cepat, orang-orang yang terlihat mampu bekerja sering menjadi pilihan utama sebagai penolong di situasi mendesak. Namun jika terlalu sering terjadi, kepercayaan itu berubah menjadi kebiasaan yang tidak sehat, bahkan terkesan memanfaatkan karyawan yang bisa diandalkan tersebut.

Biasanya dimulai dari hal kecil

Kebiasaan mengandalkan satu orang ini biasanya dimulai dari hal kecil. Ketika tim butuh notulen, saat presentasi harus segera direvisi, atau ketika ada acara kantor, kamulah orang yang dimintai bantuan.

Awalnya, mungkin bangga karena merasa dipercaya. Namun seiring waktu, tugas-tugas itu bertambah. Sementara rekan lain tetap pada ritme kerjanya, kamu harus fokus pada dua tanggung jawab: tugas utama dan tugas tambahan. Yang membuatnya semakin berat adalah ketika semua itu berjalan tanpa penghargaan. Tidak ada ucapan terima kasih karena pekerjaan tambahan itu sudah menjadi hal yang dinormalisasi, dan tidak semua kontribusi tambahanmu dipertimbangkan dalam penilaian kinerja. Pekerjaanmu yang sebenarnya membantu justru dianggap sebagai bagian dari rutinitas.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Utamanya ada beberapa alasan. Kamu terlihat selalu siap dan dianggap sebagai orang yang “paling bisa diandalkan”. Kontribusimu tidak terlihat secara formal karena pekerjaan tambahan sering dianggap kecil, sehingga atasan tidak menyadari banyaknya waktu dan energi yang kamu keluarkan untuk mengerjakannya. Sebab lainnya. lingkungan kerja yang minim dokumentasi membuat tugas-tugas tambahan jarang dicatat. Siapa melakukan apa tidak terdokumentasi dengan baik, sehingga apresiasi pun menghilang. 

Selain itu, ada pula faktor internal dalam diri karyawan. Kebanyakan karyawan sungkan menyampaikan batasan dan tak nyaman untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan beban kerja dan kapasitas kerja. Kondisi inilah yang menciptakan persepsi bahwa kamu “selalu bisa diandalkan.”

Apa yang perlu dilakukan?

Berikut ini beberapa langkah yang bisa kamu coba lakukan. 

1. Mulai mengomunikasikan prioritasmu. Ketika ada tugas tambahan, kamu bisa menjelaskan pekerjaan-pekerjaan yang sedang kamu lakukan dan meminta arahan terkait prioritas. Ini menunjukkan bahwa kapasitasmu terbatas, tetapi kamu tetap kooperatif.

2. Mulai mencatat kontribusi. Banyak pekerja tidak menyadari bahwa tugas tambahan yang mereka anggap kecil sebenarnya punya nilai besar ketika disampaikan dalam evaluasi. Catatan ini bisa menjadi bukti konkret ketika kamu ingin menanyakan potensi pengembangan karir di perusahaan atau meminta pengakuan atas tanggung jawab ekstra yang sudah lama kamu terima.

3. Belajar membatasi diri tanpa terlihat menolak. Kamu bisa menawarkan jadwal alternatif atau mengarahkan pekerjaan ke orang yang lebih tepat. Hal ini menunjukkan kamu bukan menghindar, tetapi membantu tim mengambil keputusan yang lebih efektif.

4. Meminta umpan balik. Ini adalah cara yang halus untuk “mengingatkan” atasan bahwa kamu telah bekerja lebih. Evaluasi dan umpan balik ini dapat membuka ruang apresiasi yang sebelumnya tidak muncul.

Selalu dipercaya untuk mengerjakan tugas tambahan tanpa apresiasi bukan berarti kerja kerasmu tidak bernilai. Hanya saja, kadang nilai itu tidak terlihat karena tidak dikomunikasikan atau ditunjukkan dengan benar kepada orang lain. Semoga melalui artikel ini, kamu bisa mulai menata ulang batasan, membangun komunikasi, dan menyusun dokumentasi kerja untuk menunjukkan kontribusimu yang selama ini tersembunyi. Pasalnya, usaha ekstra yang dihargai akan terasa berbeda. Membuat perasaan kita lebih ringan, merasa diperlakukan lebih adil, dan dapat memotivasi diri kita sendiri.

About Ruthara Ika

Ruth adalah penulis dan penjelajah ide. Ia percaya bahwa setiap langkah kecil menuju perubahan diri adalah bagian dari perjalanan menuju hidup yang lebih bermakna. Sebagai introvert, ia senang mengamati dan mempelajari hal-hal terkait kepemimpinan, entrepreneurship, dan pengembangan diri. Pecinta anjing dan kucing ini menikmati kesederhanaan dan kehangatan dari kehadiran mereka.

View all posts by Ruthara Ika →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *