Hemat Bukan Pelit: 5 Keuntungan Menerapkan Gaya Hidup Nontunai

gaya hidup nontunai
Ilustrasi Foto: Pixabay

Ladies, berapa sih maksimal jumlah uang tunai yang kamu bawa di dompet sehari-hari? Kamu termasuk orang yang lebih senang membawa uang tunai atau sudah merasa nyaman dengan gaya hidup nontunai?

Tak bisa dipungkiri, perkembangan teknologi—khususnya dalam lima tahun terakhir—sudah memberi banyak kemudahan bagi kita, termasuk dalam melakukan transaksi keuangan. Jadi, tak heran jika masyarakat zaman now sudah tak asing lagi dengan transaksi nontunai.

Ketika berbelanja di situs e-commerce, misalnya, kita disuguhi berbagai opsi pembayaran nontunai: menggunakan kartu kredit, transfer dana lewat fasilitas e-banking atau m-banking, atau menggunakan e-wallet atau dompet digital. Begitu pula ketika menggunakan layanan transportasi umum seperti busway TransJakarta, KRL Commuterline, dan jalan tol—beberapa bahkan sudah mewajibkan pembayaran secara nontunai.

Sebenarnya, ada banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dengan menerapkan gaya hidup nontunai. Gaya hidup nontunai pun sesuai untuk kita yang ingin menerapkan prinsip #HematBukanPelit. Berikut beberapa alasannya:

1. Praktis, cepat, dan nyaman

Ayo akui, Ladies. Sebelum transaksi nontunai populer, di tanggal muda setelah gajian kamu pasti ikutan antre bareng karyawan-karyawan lain di ATM yang terdekat dengan kantor. Uang yang kalian ambil pun terbilang besar, bisa mencapai sepertiga atau setengah dari gaji sebulan, karena direncanakan untuk memenuhi berbagai pos kebutuhan rumah tangga.

Saking banyak orang yang menarik uang di tanggal-tanggal gajian, sering kali mesin ATM dekat kantor pun kehabisan uang! Jika terlambat sedikit saja ke ATM itu, maka kamu terpaksa harus mencari ATM yang lokasinya lebih jauh lagi. Di mal, misalnya, tempat dengan godaan belanja paling kuat! 😀

Sekarang, di era digital di mana teknologi sudah semakin bisa diandalkan, kita bisa melakukan transaksi elektronik dengan lebih praktis, cepat, dan nyaman tanpa rasa khawatir. Ketika pergi ke ATM, kita hanya perlu melakukan top-up dana di dompet digital dan e-money, atau mengambil uang secukupnya untuk kebutuhan mingguan atau bulanan yang memang harus dilakukan uang tunai.

Transaksi lainnya, seperti membayar tagihan-tagihan bisa dilakukan lewat e-banking atau dengan e-wallet. Berbelanja di toko maupun mal pun kini lebih nyaman, karena sudah banyak merchant yang mendukung pembayaran menggunakan e-money dan e-wallet. Jadi seandainya kita membeli barang yang cukup mahal pun, kita tak perlu jengah dan waswas orang lain melirik isi dompet kita, kan?

2. Lebih mudah mengontrol keuangan

Efek psikologis dari membawa banyak uang tunai di dompet adalah kita merasa “kaya” dan punya banyak uang, sehingga menggampangkan untuk mengeluarkan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak kita butuhkan—nongkrong di kafe atau jajan aneka snack di supermarket.

Itulah yang membuat pengeluaran kita jadi membengkak! Padahal, uang yang tersimpan di dompet itu mungkin tadinya dialokasikan untuk mengisi pos-pos kebutuhan tertentu. Misalnya, untuk belanja mingguan, membeli pampers dan susu buat anak, atau untuk membayar gaji asisten rumah tangga.

Sebaliknya, dengan fasilitas nontunai kita bisa melacak pengeluaran kita dengan mudah, karena semua transaksi secara otomatis tercatat dengan rapi di dalam aplikasi. Pastinya ini bisa membantu kita untuk lebih cermat dalam mengelola keuangan sambil tetap menerapkan prinsip #HematBukanPelit. Kamu pasti punya cita-cita finansial yang ingin dicapai, bukan? Nah, mau tak mau kamu harus mengontrol keuangan kamu dari sekarang.

3. Tak perlu pusing dengan uang receh

Ladies, uang receh atau pecahan logam itu biasanya sulit dicari, terutama pada saat dibutuhkan. Ketika melakukan transaksi tunai, kita pun terbiasa meremehkan uang receh. Saat belanja di convenience store, misalnya. Taruh kata kita membeli barang senilai Rp10.750 dan membayarnya dengan Rp15.000. Kasir hanya memberi uang kembali Rp4.200 atau malah Rp4.000 plus tambahan 1-2 butir permen. Kita pasti tak akan ambil pusing dan langsung menerimanya, bukan?

Atau ketika kita menggunakan transportasi ojek online secara tunai. Tarif ojek dari rumah ke kantor Rp17.000, misalnya. Namun karena kamu ataupun driver tak punya uang pecahan, maka kamu terpaksa membayar dengan selembar Rp20.000 dan harus rela untuk tidak mendapat kembalian. Ya, kalau kamu sedang punya dan memang ikhlas memberikan sisanya sebagai tip, tentu tidak apa-apa. Tapi sebagai karyawan, kita pun mengenal ‘tanggal tua’, bukan? 😉

Coba kamu hitung, berapa kali dalam sebulan kamu bisa melakukan transaksi tunai serupa? Jika receh-receh itu dikumpulkan, kira-kira bisa kamu gunakan untuk membeli apa?

Nah, kalau kita menggunakan fasilitas nontunai, tentu kita tak perlu pusing dengan urusan receh ini. Kita bisa membayar layanan atau fasilitas yang kita gunakan tanpa perlu menyiapkan receh atau harap-harap cemas bisa mendapat uang kembalian.

Membayar tarif KRL Commuterline dari Stasiun Pondok Ranji ke Stasiun Palmerah Rp3.500 tinggal tap kartu (e-money), membayar tarif tol Rp9.500 cukup tap kartu ke mesin yang telah disediakan, dan membayar tarif ojek online Grab atau Go-Jek dengan fitur pembayaran elektronik masing-masing (Grab Pay atau Go-Pay). Kalau mau memberi tip untuk driver, kamu juga bisa melakukannya lewat fitur tersebut. Ingat #HematBukanPelit! 🙂

Tapi ada satu hal yang wajib kamu ingat ketika menggunakan fasilitas nontunai. Jangan sampai lupa mengisi ulang saldo di kartu-kartu atau dompet digital yang kamu gunakan ya, Ladies!

4. Lebih aman dan menekan angka kejahatan

Banyak orang merasa ragu untuk melakukan transaksi nontunai karena khawatir dengan risiko keamanan. Padahal, risiko yang lebih besar justru mengintai mereka yang membawa banyak uang. Uang tunai yang hilang atau dicuri akan sulit untuk dilacak ke mana perginya.

Bandingkan dengan menggunakan layanan nontunai. Transaksi keuangan nontunai melalui e-banking, m-banking, dan aplikasi e-wallet pada smartphone harus diakses menggunakan password yang hanya diketahui oleh penggunanya. Selain itu, transaksi nontunai juga mudah untuk dilacak karena memiliki sistem pencatatan yang rapi.

Bagaimana dengan penggunaan kartu e-money ataupun kartu ATM? Bukankah juga berisiko untuk hilang atau dicuri? Ya memang. Karena itu, ada baiknya kita membatasi jumlah dana yang ada dalam kartu-kartu yang selalu kita bawa ke mana-mana itu. Pastikan juga kita hanya membawa kartu ATM dari rekening yang dananya memang kita gunakan untuk keperluan sehari-hari.

Sebenarnya, bukan hanya itu saja kelebihan gaya hidup nontunai dari segi keamanan. Mungkin belum kita sadari, gerakan nontunai ini juga dapat mengurangi praktik kejahatan yang lebih besar, seperti pemalsuan uang. So, kenapa kita tidak mendukungnya dan menerapkannya?

5. Lebih bersih, lebih sehat

Ladies, pernah gak kamu bayangkan uang yang ada di dompetmu saat ini sudah berpindah tangan berapa kali? Ada berapa banyak bakteri yang menempel di sana? Apa semua orang yang sebelumnya pernah memegang uang tersebut resik dan rajin mencuci tangan? Membayangkannya memang bikin parno sih, tapi hal ini bisa membuat kita lebih peduli menjaga kebersihan dan kesehatan. Kita jadi tahu, bahwa dengan menerapkan gaya hidup nontunai, otomatis kita juga sudah meminimalisir penyebaran bakteri.

 

Nah, setelah tahu ada banyak keuntungan menerapkan gaya hidup nontunai, apa kamu masih mau membawa banyak uang ke mana-mana, Ladies? Memang tak bisa dipungkiri bahwa di era cashless seperti saat ini kita tak bisa benar-benar lepas dari uang tunai. Meski begitu, kita bisa mulai dengan membatasi jumlahnya di dompet, secukupnyam untuk mengurangi godaan untuk menghamburkan uang untuk hal-hal yang tidak kita butuhkan.

Bukankah kita bekerja saat ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan sekarang, tapi juga untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik? Yuk kita lebih hati-hati dalam mengelola keuangan! 🙂

About Restituta Arjanti

Biasa dipanggil dengan nama tengahnya, Ajeng. Ia memulai kariernya sebagai Jurnalis. Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di Industri Media dan Teknologi, sekarang ia aktif sebagai penulis dan editor profesional serta konsultan di bidang Media, Konten, dan Public Relations.

View all posts by Restituta Arjanti →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *