Ingin Mempersiapkan Masa Depan Tanpa Mengorbankan Masa Kini? Pahami 4 Hal Ini

hemat bukan pelit untuk masa depan
Ilustrasi Foto: Pixabay

Ladies, saat berpikir tentang masa depan, apa yang muncul di benak kalian? Memberikan pendidikan berstandar internasional untuk anak? Menikmati hidup dengan jalan-jalan keliling dunia? Punya rumah yang lebih besar dengan halaman yang luas? Memberikan warisan deposito yang besar nilainya untuk anak? Pastinya kita ingin mempersiapkan masa depan yang baik, untuk kita dan anak-anak kita.

Setiap dari kita tentu punya cita-cita yang berbeda untuk masa depan—baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Apapun itu, mempersiapkan masa depan harus dilakukan dari sekarang. Kita bisa memulainya dengan mengubah cara pandang dan perilaku kita di masa kini.

Lekat dalam pikiran kita, ungkapan “bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Sadar atau tidak, ungkapan ini membuat kita selalu menganggap berhemat itu adalah suatu pengorbanan. Padahal, tidak demikian bila kita menjalankan gaya hidup #HematBukanPelit.

Dengan menerapkan prinsip #HematBukanPelit, kita bisa bersenang-senang di masa kini sambil tetap fokus mempersiapkan masa depan yang kita idamkan. Namun sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu kamu pahami terlebih dahulu!

1. Hemat vs Pelit

Hemat berarti cermat dalam mengelola uang, atau tidak boros dalam mengeluarkan uang. Orang yang hemat mencari cara bagaimana dapat membeli barang yang diinginkan dengan harga terbaik.

Berlaku hemat bukan berarti menekan pengeluaran dengan mencari barang yang harganya paling murah, melainkan membandingkan harga yang dibayarkan dengan kualitas barang yang dibeli. Barang dengan kualitas baik tentunya memiliki masa pakai yang lebih lama, sehingga kita tidak perlu berulang kali membeli barang yang sama—yang kualitasnya kurang baik dan dijual murah. Barang yang berkualitas baik bahkan mungkin saja masih bernilai “lumayan” ketika dijual seken.

Berbeda dengan hemat, pelit berarti kikir—suatu sifat yang berbahaya. Orang yang pelit seringkali tidak menghargai dirinya sendiri, dan sifat ini tentu berdampak bagi orang-orang disekitarnya, baik pasangan, keluarga, ataupun teman.

2. Kebutuhan vs Keinginan

Jika kita merasa sulit untuk berhemat, maka hal mendasar yang perlu kita lakukan adalah mengubah perilaku kita saat berbelanja.

Setiap kali membeli suatu barang, ajukan pertanyaan pada diri kita sendiri. Apakah kita memang memerlukan barang tersebut atau hanya sebatas ingin saja? Bila kita merasa membutuhkan barang itu, maka lihat lagi apakah barang itu memang harus segera dibeli atau bisa menunggu, atau bisa digantikan fungsinya oleh barang lain yang mungkin sudah kita miliki? Dengan cara ini, harapannya kita tidak lagi impulsif dalam membeli barang.

3. Tracking setiap pengeluaran

Melakukan tracking atau penelusuran terhadap pengeluaran tidak hanya membantu kita untuk membuat perencanaan keuangan, tapi juga membuat kita semakin memahami kebutuhan dan keinginan kita.

Tracking dapat dilakukan dengan mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran yang kita lakukan setiap hari. Pencatatan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi, seperti MoneyLover.

Aplikasi dapat memudahkan tracking, karena kita bisa langsung mencatat pengeluaran berdasarkan kategori. Misalnya ongkos taksi, bensin, kopi, parkir, atau biaya lainnya. Di akhir bulan, kita bisa melihat akumulasi dari setiap kategori alias banyak uang yang kita habiskan dari total pendapatan kita, untuk masing-masing kategori. Dengan begitu, kita bisa mempertimbangkan kembali mana pengeluaran yang termasuk kebutuhan dan mana yang sebenarnya hanya keinginan, serta mana yang kita bisa pertahankan dan mana yang dapat dikurangi atau kita alihkan bujetnya untuk kebutuhan di kategori lain.

4. Beri waktu untuk menikmati hasilnya

Berhemat bukan sesuatu yang bisa kita langsung lakukan dan rasakan hasilnya. Butuh waktu bagi kita untuk bisa merasakan manfaatnya. Meski begitu, dengan memahami bahwa #HematBukanPelit dan mulai menerapkannya, maka kita akan mulai menghargai uang secara berbeda dari sebelumnya.

Hasil penghematan kita mungkin saja dapat dirasakan dalam jangka pendek atau dalam jangka panjang, tergantung dari perencanaan masa depan yang kita buat.

 

Harus diakui bahwa mengubah perilaku bukan sesuatu yang mudah. Karena itu, jangan memaksakan diri terlalu keras. Lakukanlah perubahan secara step-by-step, mulai dengan merencanakan apa yang kita impikan. Memiliki goals akan memacu diri kita untuk fokus mengejarnya. Setelah itu, hitung berapa dana yang dibutuhkan dan bagaimana kita akan mendapatkannya.

Jangan lupa bahwa kita menerapkan gaya hidup hemat, bukan menjadi kikir. Tetaplah menikmati hidup dengan merayakan pencapaian-pencapaian dengan cara yang cerdas. Bila satu impian telah kita dapatkan, jadikan itu sebagai motivasi untuk meraih mimpi selanjutnya, dan rayakan bersama orang-orang terdekat.

About Syarifah Amelia

Memiliki latar belakang pendidikan Ilmu Komunikasi, Melly lebih banyak memanfaatkan kemampuan jurnalistiknya untuk menulis materi-materi Public Relations dan melakukan riset. Untuk menyeimbangkan hidup sebagai akademisi dan entrepreneur, Melly juga menjalani berbagai aktivitas menjadi konsultan dan relawan di proyek-proyek pemberdayaan dan pengembangan kapasitas.

View all posts by Syarifah Amelia →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *