6 Tips Mengantisipasi Risiko Pekerjaan

Ilustrasi Foto: Pixabay

Setiap pekerja profesional pasti tahu bahwa krisis bisa terjadi kapanpun. Perlu dipahami bahwa krisis di tempat kerja juga merupakan bagian dari risiko pekerjaan kita; dan jika kamu termasuk orang yang sensitif, hal itu bisa saja menimbulkan perasaan khawatir yang berlebihan.

Beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2013, saya dan tim terlibat dalam sebuah project wawancara dan penulisan buku Perempuan Pemimpin yang digagas oleh Ibu Betti Alisjahbana, pendiri QB Leadership Center. Salah satu yang paling berkesan buat saya adalah wawancara dengan Intan Abdams Katoppo, yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero).

Salah satu hal yang inspiratif yang saya petik dari CEO cantik itu adalah tentang pengalamannya dalam menghadapi krisis.

“Krisis dapat terjadi di mana saja, dalam setiap pekerjaan dan di lingkungan perusahaan. Biasanya, masing-masing organisasi memiliki protokol khusus dalam menghadapi krisis. Namun begitu, sebagai individu, saya rasa sebaiknya kita juga terlatih dalam menghadapi krisis.

Di sepanjang karir di dunia marcomm, saya banyak menemui kondisi krisis. Boleh dikata, krisis bahkan sudah menjadi hal biasa. Selalu saja ada masalah. Saya pun akhirnya menjadi terbiasa dengan pertanyaan “what-if“. Apabila rencana pertama gagal, saya akan menjalankan rencana kedua. Jika itu juga gagal, saya berpindah ke rencana berikutnya. Metode ini sudah menjadi mental model saya.” – (Intan Abdams Katoppo; Perempuan Pemimpin, Inspirasi 10 CEO Membangun Keluarga, Bisnis, dan Masyarakat; halaman 20-21)

Krisis bisa terjadi dalam pekerjaan dan lingkungan kerja; dan adalah risiko dari profesi yang kita jalani. Mengetahui bahwa setiap profesi memiliki risiko, bisa saja menimbulkan perasaan khawatir dalam diri karyawan.

Profesi sebagai public relations, misalnya, berisiko untuk sering menghadapi krisis. Contoh kecilnya, keluhan dari pelanggan yang merasa kecewa dengan kualitas produk perusahaan. Contoh lain, tuntutan dari pihak ketiga yang merasa dipojokkan dengan konten yang dimiliki atau digunakan untuk promosi oleh perusahaan.

Profesi lain, misalnya customer service, juga harus tabah menghadapi keluhan pelanggan. Atau teller di bank, dituntut untuk teliti untuk terhindar dari risiko salah menghitung uang nasabah. Atau karyawan di perusahaan manapun, berisiko mengalami PHK jika bisnis tak berjalan seperti yang diharapkan.

Perasaan khawatir, bahkan panik, bisa timbul jika kita sebagai pekerja belum siap menghadapi krisis. Nah, belajar dari Ibu Intan, akan baik bila setiap karyawan atau profesional di dunia kerja mempersiapkan diri untuk menghadapi risiko dan krisis pekerjaan.

Pada praktiknya, menyiapkan strategi untuk menghadapi krisis bukanlah hal yang mudah. Nah, untuk membantu kamu, berikut tips atau langkah-langkah yang bisa kamu lakukan untuk menyiapkan solusi menghadapi risiko kerja:

1. Tanyakan apa hal terburuk yang bisa terjadi dengan pekerjaanmu?

Apa pekerjaan kamu? Apa masalah sehari-hari yang kamu hadapi? Apa masalah terburuk yang kamu takutkan akan terjadi? Kamu bisa mengelompokkan masalah-masalah tersebut berdasarkan tingkat kesulitannya.

2. Pikirkan beberapa alternatif solusi

Terkait dengan poin pertama, syukur jika perusahaan, atau mungkin kamu, memang sudah memiliki SOP (standard operating procedure) sebagai acuan untuk membantu kamu mengatasi masalah pekerjaan. Jika tidak, kamu bisa mencoba untuk menyusun beberapa alternatif solusi untuk berbagai masalah.

Meski begitu, jangan lupa pula untuk menyiapkan skenario untuk kamu pribadi. Taruh kata sebagai karyawan, hal terburuk yang bisa terjadi pada kamu adalah terkena PHK, apalagi di tengah persaingan usaha yang kian sengit dan dalam situasi perekonomian yang penuh tantangan seperti saat ini. Jika itu terjadi, apa rencanamu untuk dirimu sendiri? Buatlah beberapa rancangan solusi untuk diri kamu sendiri.

3. Hindari kesalahan yang bisa melukai tim dan karier kamu

Tanggung jawab sebagai individu dan bagian dari tim adalah kunci untuk poin yang satu ini. Jika krisis terjadi akibat kesalahan yang kamu lakukan, tentu akan sulit bagi perusahaan untuk menoleransi. Oleh karena itu, hindari kesalahan yang bisa melukai tim dan karier kamu.

Nah, jika kesalahan itu terlanjur terjadi, kamu bisa mencoba mengurangi kerusakan dengan mengakui kesalahan, meminta maaf, dan meyakinkan perusahaan bahwa hal itu tak akan terjadi lagi. Sikap ksatria kamu akan membantu atasan untuk mengevaluasi kinerja kamu secara adil dan obyektif, serta membantu dia menakar tingkat kepercayaan yang bisa dia berikan pada kamu di masa mendatang.

4. Jangan terlalu fokus memikirkan risiko pekerjaan

Terlalu banyak memikirkan hal yang belum terjadi, hanya akan membuat hidupmu tak tenang. Selama pekerjaanmu baik—tidak tersangkut dengan hal-hal yang ilegal—tak ada yang perlu kamu khawatirkan secara berlebihan.

Ingat ini deh. Ada yang bilang, “Rasa khawatir itu seperti kursi goyang yang membuat kita terus bergerak, tapi tak akan membawa kita ke manapun.”

5. Tetap menyibukkan diri dan belajar

Beberapa orang beruntung bisa bekerja di perusahaan yang memfasilitasi karyawannya dengan berbagai training untuk mengembangkan diri dan potensi mereka. Tapi sayangnya, banyak orang tak seberuntung itu. Kalau kamu termasuk yang tidak beruntung, jangan menyerah pada nasib.

Bagi orang yang suka belajar, ilmu ada di mana-mana. Kamu bisa menambah ilmu dan wawasan tentang profesi yang kamu ingin geluti dari berbagai sumber: buku, Internet, atau orang-orang yang menurutmu bisa menjadi mentor. Kalau kamu terbiasa belajar dan mengembangkan wawasan secara mandiri, pikiran kamu lebih terbuka dan kesempatan kamu untuk meraih karier yang lebih baik juga semakin besar.

6. Jangan lupa bersyukur dan menikmati hidup

Hidup itu singkat, jangan hanya diisi dengan kekhawatiran, apa lagi keluh kesah. Kembali ke atas, setiap pekerjaan atau profesi memiliki risiko. Ketika kamu masih menjalani pekerjaan yang membiayai kehidupan kamu dan keluarga, bersyukurlah karena kamu masih memiliki pekerjaan.

Jika kamu sudah merasa cukup dengan beban kerjamu saat ini, atau tak puas dengan pekerjaan atau lingkungan kerjamu, kamu selalu punya pilihan untuk bertahan atau pindah. Jika masih bertahan, jangan mengeluh dan membuat orang lain atau rekan-rekan kerjamu terpapar energi negatif!

 

Semoga tips di atas bisa membantu kamu mengantisipasi risiko-risiko pekerjaan kamu, ya Ladies! Dengan begitu, kamu bisa bekerja dengan maksimal, menikmati pekerjaan yang dijalani, dan terlepas dari rasa khawatir yang menguras pikiran dan energi kamu.

About Restituta Arjanti

Biasa dipanggil dengan nama tengahnya, Ajeng. Ia memulai kariernya sebagai Jurnalis. Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di Industri Media dan Teknologi, sekarang ia aktif sebagai penulis dan editor profesional serta konsultan di bidang Media, Konten, dan Public Relations.

View all posts by Restituta Arjanti →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *