Bagaimana Menjadi Seorang Storyteller yang Baik?

storyteller
Ilustrasi Foto: Pixabay

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tak bisa lepas dari orang lain untuk bisa bertahan hidup dan berbagi kebahagiaan. Untuk itu, dibutuhkan empati dan komunikasi yang membantu kita memahami orang lain dan memutuskan bagaimana akan bertindak dalam setiap situasi. Sebenarnya, setiap orang memiliki bakat untuk menjadi seorang storyteller, karean bercerita sudah menjadi metode komunikasi yang paling mendasar dan banyak digunakan sejak dahulu kala. Penemuan gambar-gambar di dinding gua yang berumur puluhan ribu tahun menjadi salah satu buktinya.

Sampai saat ini pun, bercerita masih menjadi metode komunikasi yang kita gunakan sehari-hari. Di rumah, kantor, sekolah, dan dalam perjalanan kita melakukannya. Bercerita tidak terbatas dilakukan antara orang tua kepada anak, tapi juga di antara orang dewasa. Pun tidak terbatas secara face to face saja, karena kita pun melakukannya lewat telepon dan media sosial. Jadi tanpa kita sadari, sebenarnya kita semua adalah seorang storyteller. Yang kita butuh pahami kemudian adalah bagaimana menggunakan cerita untuk mencapai tujuan kita.

Setiap orang menikmati cerita yang menarik

Kehidupan membuktikan bagaimana nilai-nilai dalam masyarakat berkembang karena diturunkan melalui cerita-cerita yang disampaikan seacara turun-temurun. Setiap orang bisa menikmati cerita—baik dalam format lisan seperti ketika seorang teman bercerita tentang perjalanan liburannya atau tentang pertemuannya dengan klien; dalam format cetakan seperti novel, komik, dan majalah; atau dalam format audio visual seperti film dan video clip.

Setiap orang menyukai cerita yang bagus, dan paling menikmati cerita tentang peristiwa atau sesuatu yang dialami orang lain. Format atau media tampaknya tidak menjadi hambatan dalam kita menyampaikan dan menikmati cerita. Yang menjadi tantangannya adalah bagaimana menyampaikan cerita dengan menarik.

Ketika kita mendengarkan presentasi mengenai fakta yang disampaikan dalam bentuk slides yang menampilkan grafik, bullet points, dan teks; otak kita teraktivasi dan menterjemahkan bahasa yang disampaikan dalam slides itu menjadi makna. Berbeda dengan saat kita mendengarkan sebuah cerita—otak kita menjadi lebih aktif.

Ingat kan, saat mendengar deskripsi soal rasa makanan tak jarang kita menelan air liur atau bahkan refleks memegang perut? Atau saat kita mendengar cerita yang menyeramkan kita merasakan merinding, padahal saat itu kita tidak berada di tempat kejadian yang diceritakan.

Tips menjadi storyteller

Menyampaikan sesuatu dalam bentuk cerita membuat pesan yang ingin disampaikan lebih mudah diterima dan “masuk” ke dalam pikiran orang yang mendengarkan. Mereka yang mendengarkan juga dapat kita ajak untuk turut merasakan apa yang kita alami atau sampaikan.

Bagaimana menjadi storyteller yang baik? Berikut adalah tips untuk meramu cerita kamu menjadi lebih mengena dan efektif:

1. Sederhana

Tidak perlu membuat cerita yang rumit untuk meyakinkan orang lain. Kamu cukup menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana dan mudah dipahami. Dengan begitu, cerita kamu akan lebih mudah “menempel” dalam pikiran mereka yang mendengarkannya.

2. Memiliki karakter

Cerita tentang pengalaman yang dialami oleh seseorang biasanya akan menarik perhatian dan “mengena” karena dapat menyentuh emosi dan rasa ingin tahu kita. Usahakan untuk memilih karakter yang relevan dengan pendengar cerita kamu, sehingga cerita tersebut terasa dekat dan nyata terjadi.

3. Menggugah rasa

Sampaikan deskripsi yang terkait dengan rasa, gunakan intonasi suara yang bervariasi keras dan pelan, sisipkan ambience, tekstur, serta hal-hal lain yang dapat membawa pendengar turut merasakan bahkan membayangkan lebih dari apa yang kita sampaikan.

4. Dapat dipercaya

Lengkapi karakter dan peristiwa yang kamu sampaikan dengan data yang meyakinkan. Misalnya, informasi tentang tempat, waktu, lokasi, warna, dan lain-lain. Kamu juga bisa menyampaikan data berupa angka, asal tidak terlalu banyak karena orang cenderung akan melupakannya.

 

Kapan waktu yang tepat untuk melakukan storytelling? Bisa kapan saja! Misalnya saat kita ingin membagi pengetahuan dan pengalaman, ingin menyampaikan values, mempromosikan produk ataupun jasa, memotivasi karyawan, atau membangun kepercayaan di lingkungan baru.

Ladies, ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan melakukan storytelling. Siap mencoba?

About Syarifah Amelia

Memiliki latar belakang pendidikan Ilmu Komunikasi, Melly lebih banyak memanfaatkan kemampuan jurnalistiknya untuk menulis materi-materi Public Relations dan melakukan riset. Untuk menyeimbangkan hidup sebagai akademisi dan entrepreneur, Melly juga menjalani berbagai aktivitas menjadi konsultan dan relawan di proyek-proyek pemberdayaan dan pengembangan kapasitas.

View all posts by Syarifah Amelia →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *