Bekerja dengan Atasan yang Dominan dan Intoleran? Ini Tips Buat Kamu

Ilustrasi Foto: Freepik.com

Atasan yang dominan selalu ingin memegang kendali atas semua hal. Dia mungkin paham dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tapi sikapnya yang keras membuat dia sulit untuk dihadapi. Contoh sikap dominan, antara lain tidak sabar, suka memerintah, mengatur, dan minta dituruti. Sikap intolerannya membuat dia sering menuntut hal yang tak realistis kepada anak buah. Alih-alih disegani dan dihormati, sosok atasan yang dominan ini justru ditakuti dan kerap jadi bahan perbincangan karyawan di kantor, khususnya anak buah yang berada di bawahnya langsung.

Bekerja dengan atasan dominan dengan karakter “unik” tentu penuh tantangan. Dijamin, banyak anak buah yang tak tahan dan berpikir untuk segera resign. Nah, jika kamu salah satu yang kurang beruntung memiliki atasan yang dominan, jangan keburu terbawa emosi, stres, lantas mengajukan resign tanpa pikir panjang. Masih ada harapan untuk kamu, kok! Simak enam tips menghadapi atasan yang dominan dari Chic Managers berikut ini, ya.

1. Tetap positif dan jangan baper

Tips pertama ini berlaku untuk setiap karyawan di manapun. Tak ada orang yang sempurna di dunia ini, termasuk atasanmu! Dari sekian banyak sifat negatifnya, coba perhatikan sisi positif yang ia miliki. Misalnya, atasanmu mungkin sangat menuntut. Namun, ketika kamu berhasil menyelesaikan tugas yang berat, apakah dia memberikan pujian atau mengucapkan terima kasih?

Contoh lain, ia selalu memberikan tugas berat yang seharusnya dikerjakan oleh satu tim—bukan satu orang—hanya kepada kamu seorang. Namun, apakah dia mendukung kamu dengan resource yang memadai atau arahan yang dapat mempermudah pekerjaanmu? Dengan tetap berusaha melihat sisi positif yang dimiliki oleh atasanmu, kamu bisa mengabaikan atau setidaknya memaklumi kekurangannya. Tak perlu baper (bawa perasaan) dan memasukkan setiap perkataannya ke dalam hati.

2. Berpikir satu langkah ke depan

Atasan yang dominan biasa mengambil tindakan atau memberi tugas secara tiba-tiba, tapi tidak sabaran dalam menunggu hasilnya. Karena itu, kamu dituntut untuk selalu berpikir selangkah lebih maju untuk mengantisipasi permintaannya.

Cobalah mencari tahu apa yang dia sukai dan yang tidak sukai, dan berikan hasil kerja sesuai dengan yang ia harapkan. Tapi ingat, lakukan ini dengan profesional tanpa membuat kamu terkesan sebagai orang yang berprinsip ABS (asal bos senang), apa lagi sampai menghalalkan segala cara untuk menyenangkan hatinya!

3. Buat dokumentasi pekerjaan, berikan update, dan libatkan atasan dalam setiap pengambilan keputusan

Atasan yang dominan ingin merasa memiliki power dan memegang kontrol atas setiap hal dan situasi. Karena itu, jangan sampai ia merasa “dilupakan” karena itu bisa memicunya bersikap micromanage dan makin menekanmu. Libatkan dia dalam setiap pengambilan keputusan dan sertakan dia di setiap e-mail penting.

Bersikaplah proaktif dengan rutin memberikan update perkembangan dari pekerjaan yang kamu tangani. Hal ini bisa menumbuhkan rasa percayanya kepada kamu. Satu lagi, lakukan dokumentasi pekerjaan yang rapih, karena bisa saja dia bertanya atau memintamu memberikan laporan sewaktu-waktu.

4. Tunjukkan komitmen terhadap pekerjaan

Sekeras apapun sikap atasan terhadap kamu, jangan sampai itu mengendurkan semangat kerjamu ya. Biasanya, atasan yang dominan punya ekspektasi yang tinggi terhadap anak buahnya. Jadi, seberat apapun tantangan yang kamu terima, hadapi dengan antusias dan optimistis.

Ketika kamu mengalami kesulitan atau menghadapi situasi yang membingungkan, jangan ragu untuk menyampaikannya kepada si bos. Mintalah arahan, penjelasan, atau klarifikasi dari dia, kapanpun kamu membutuhkannya. Lebih baik kamu menginformasikan kendala yang kamu hadapi di awal ketimbang menghadapi respons atau semprotan galak si bos ketika hasil kerjamu salah atau tidak sesuai dengan harapannya.

5. Toleransi tingkat tinggi

Berurusan dengan atasan yang dominan—yang biasanya juga moody—memang bukan hal yang mudah. Butuh toleransi tingkat tinggi untuk menghadapi sifat-sifat negatifnya. Karena itu, belajarlah membaca situasi. Ketika suasana hatinya sedang terlihat suram, cobalah sebisa mungkin untuk menghindar berinteraksi dengan dia. Jangan sampai dia menularkan energi negatif kepadamu, seperti rasa cemas atau stres berlebihan, atau membuatmu menjadi target kekesalannya.

6. Komunikasi langsung dan jujur

Komunikasi merupakan salah satu jalan yang bisa kamu tempuh untuk mengatasi masalah. Coba atur waktu untuk bicara dari hati ke hati dengan atasanmu. Tak ada salahnya kamu mengatakan yang sejujurnya, langsung pada pokok persoalan, tapi tetap dengan menunjukkan sikap hormat.

Tak ada manusia yang sempurna, tidak juga bosmu. Bosmu yang dominan mungkin punya banyak sifat negatif dan bukan orang yang paling arif, tapi siapa tahu dia menghargai kejujuranmu? Melalui komunikasi ini, biarkan dia mengetahui apa yang kamu rasakan secara profesional.

Jika ia tak bisa menerima masukanmu dan sikap negatifnya tak kunjung berubah, atau malah berkembang menjadi sikap bullying yang tidak sopan, tak ada alasan bagi kamu untuk mentolerirnya. Misalnya, dia malah menunjukkan sikap yang lebih menuntut dengan memberimu makin banyak pekerjaan atau target yang tak realistis. Jika itu terjadi, kamu bisa melakukan eskalasi permasalahan ke pihak HRD dan meminta mereka membantu memfasilitasi diskusi untuk mencari solusi. Namun, jika cara ini tak berhasil, tak ada salahnya kamu mulai mencari tempat kerja yang lain, yang menghargai dirimu secara adil sebagai profesional.

Meski begitu ingat ya, Ladies. Setiap keputusan harus dipikirkan dengan matang. Jangan terbawa emosi dan nekat resign sebelum mendapatkan tempat kerja baru atau memiliki rencana setelah resign. Cek lima hal yang perlu kamu lakukan sebelum resign dan meninggalkan kantor di sini. Tetap semangat ya!

About Gabriella Restu

Mantan jurnalis dengan latar belakang pendidikan ilmu eksak. Berbekal pengalaman yang cukup panjang di industri media dan digital, saat ini Gabi aktif sebagai penulis lepas dan ghostwriter.

View all posts by Gabriella Restu →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *