Bekerja dengan Senyum

bekerja dengan senyum
Ilustrasi Foto: Pixabay

Setiap pekerja tentu pernah merasakan kesulitan dalam menghadapi pekerjaannya. Ada kalanya kesulitan itu membuat kita merasa down, tidak semangat, atau bahkan merasa punya pekerjaan paling payah sedunia. Atau mungkin ada di antara teman-teman yang merasa dirinya malang, dizalimi, atau diremehkan karena pekerjaan kalian? Kalau ada, baca tulisan saya ini sampai selesai deh.

Pernah gak kalian bayangkan pekerjaan para petugas cleaning service yang setiap hari harus berjaga dan mengawasi kebersihan toilet, serta membersihkan bekas-bekas kotoran banyak orang? Bisa gak kalian memposisikan diri kalian sebagai mereka?

Ini cerita saya. Di suatu Jumat sore, saya main ke mal kesayangan saya di Pondok Indah. Namanya juga perempuan, kalau ke mal untuk main, pasti waktunya tidak singkat dan pasti mampir ke toilet.

Menjelang akhir pekan, mal selalu ramai pengunjung. Begitu juga toiletnya. Saya antre di depan salah satu pintu toilet. Tak lama kemudian, seorang ibu keluar. Seperti biasa, saya intip sebentar toiletnya untuk melihat apakah toilet itu bersih atau tidak. Ternyata belepotan. Waduh, saya jadi ragu untuk masuk.

Mbak petugas cleaning service yang bertugas rupanya memperhatikan. Dengan gesit dia masuk ke toilet, mengepel lantainya, lalu mengambil tisu dan membersihkan dudukan toilet dengan tangannya. Bisa tidak kalian bayangkan, betapa kotornya dudukan toilet itu?

Saya memperhatikan. Tidak tega. Tetapi itu memang pekerjaan dia.

“Terima kasih ya, Mbak,” kata saya setelah dia selesai.

Dia membalasnya dengan senyum.

Hei! Dia masih bisa tersenyum setelah mengerjakan pekerjaan itu. Hebat! Dia berurusan dengan kotoran yang dibuat oleh orang-orang tak tidak dia kenal setiap hari, dan entah berapa upah yang dia peroleh setiap bulannya. Terkadang memang ada pengunjung toilet yang berbaik hati membagikan tip untuk mereka. Tetapi, nilainya seberapa sih?

Melihat si mbak itu, saya jadi berpikir, sudah sepantasnya kita berterima kasih kepada orang-orang yang mau melakukan dirty jobs. Meskipun pekerjaan itu kotor, tetapi yang penting halal. Saya salut, terutama karena mereka—si mbak cleaning service dan teman-temannya—masih bisa bekerja dengan senyum ketika menjalankan pekerjaan mereka. Dari si mbak itu, kita juga bisa belajar bersyukur.

Menjalani pekerjaan dengan rasa syukur akan menguatkan kita dalam menghadapi setiap tantangan dari pekerjaan itu sendiri.

About Restituta Arjanti

Biasa dipanggil dengan nama tengahnya, Ajeng. Ia memulai kariernya sebagai Jurnalis. Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di Industri Media dan Teknologi, sekarang ia aktif sebagai penulis dan editor profesional serta konsultan di bidang Media, Konten, dan Public Relations.

View all posts by Restituta Arjanti →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *