Pentingnya Membangun Hubungan Emosional dengan Karyawan

Pentingnya membangun hubungan emosional dengan karyawan
Ilustrasi For: Pixabay

Ada banyak faktor yang menentukan kebahagiaan seseorang di tempat kerja. Gaji atau kompensasi salah satunya. Akan tetapi, ada hal lain yang kerap diabaikan oleh banyak manajemen perusahaan, yaitu emotional connection antara atasan dengan bawahan. Karena hanya berorientasi pada keberhasilan bisnis, perusahaan tak menyadari betapa pentingnya membangun hubungan emosional dengan karyawan.

Secara sederhana, hubungan emosional di lingkungan kerja dapat digambarkan sebagai hubungan yang terbentuk ketika perusahaan memandang karyawan bukan semata-mata sebagai tenaga kerja. Artinya, mereka tak hanya diharapkan dapat menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja, tapi juga berhak untuk diperlakukan secara manusiawi dengan mempertimbangkan perasaan.

Membangun hubungan emosional bisa diawali dengan mengubah persepsi bawahan terhadap diri kita, dari seorang bos menjadi seorang leader. Perlu diketahui, Ladies, minimnya gap antara atasan dan bawahan biasanya akan membuat karyawan lebih terbuka, serta tulus menghormati kita. Di titik ini mereka bukan hanya merasa bekerja untuk perusahaan, tapi juga merasa menjadi bagian dari perusahaan.

Karyawan yang engaged cenderung lebih produktif di tempat kerja

Penelitian dari Gallup menunjukkan bahwa employee engagement di seluruh dunia hanya berada di angka 13%. Dikutip dari Forbes, “Employee engagement is the emotional commitment the employee has to the organization and its goals.” Komitmen emosional di sini berarti karyawan tersebut benar-benar peduli dengan pekerjaannya. Mereka bekerja bukan sekadar untuk gaji atau jabatan, tapi demi tujuan yang ingin dicapai perusahaan.

Engaged employees lead to higher service, quality, and productivity.”

Karyawan yang engaged dengan perusahaan biasanya punya inisiatif yang tinggi. Tanpa diminta, mereka akan memberikan effort yang lebih untuk pekerjaannya dan bahkan merekomendasikan perusahaan kepada orang lain. Lain halnya dengan beberapa karyawan yang pernah saya jumpai, di mana mereka terang-terangan berkata, “Nggak usah terlalu mikirin perusahaan, toh perusahaan juga nggak mikirin kita. Gampang kok buat mereka cari pengganti kita.”

Sangat disayangkan rasanya betapa rendahnya employee engagement di sebuah perusahaan hingga membuat karyawan-karyawannya begitu pesimistis dan tak punya semangat kerja. Semoga hal ini tidak terjadi di tempat kerja kamu ya, Ladies.

Bangun hubungan emosional sambil tetap profesional

Apabila kamu ada di posisi bawahan, sebisa mungkin jagalah agar kehidupan pribadi kamu tidak mengganggu pekerjaanmu. Namun, saat berada di posisi atasan, ketahuilah bahwa sedikit rasa empati kepada anggota tim kamu tidak akan lantas menghilangkan wibawamu sebagai seorang pemimpin.

Saya pernah menyaksikan seorang karyawan “dipaksa” bekerja oleh atasannya dalam keadaan sakit. Saat itu ia juga harus memegang beberapa pekerjaan sekaligus karena kurangnya tenaga kerja. Ironisnya, tak sekalipun pihak manajemen menanyakan bagaimana keadaannya. Sang atasan tidak sadar kalau ia telah menciptakan lingkungan kerja yang tidak sehat dengan potensi turnover yang tinggi.

Mantan CEO perusahaan Campbell Soup, Doug Conant, pernah mengatakan, “To win in the marketplace you must first win in the workplace.”  Menjadi seorang “teman” yang peduli pada bawahan tidak akan membuat kamu less professional. Sebagai atasan, kamu bisa kok punya hubungan emosional dengan bawahan sambil tetap bersikap tegas ketika performa bawahanmu mengecewakan.

Menurut saya, tidak sulit bagi seorang atasan untuk merebut hati karyawannya. Dengan menjadi pemimpin berwibawa yang mampu menyeimbangkan sikap empati dan profesional, niscaya akan terbentuk sebuah tim yang happy, produktif, dan solid, yang selalu terpacu untuk mencapai cita-cita perusahaan bersama-sama.

About Widya Sulistiani

Widi memiliki rasa ingin tahu dan antusiasme yang besar terhadap dunia startup digital. Selain aktif berkontribusi di Chicmanagers.com, Widi juga berkarya sebagai Content Strategist di sebuah startup di Indonesia. Hal ini sesuai dengan passion-nya di bidang Content Marketing, Creative Writing, dan Social Media.

View all posts by Widya Sulistiani →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *