Halo teman-teman Chic Managers! Tahun 2020 menghadapkan kita dengan banyak tantangan dan perubahan. Meski begitu, efek pandemi COVID-19 menyebabkan kita membatasi kegiatan dan lebih banyak beraktivitas di rumah. Meski banyak kesedihan di sekitar kita, ada hal-hal yang patut kita syukuri juga selama pembatasan sosial di tengah pandemi ini. Di antaranya, kita bisa bekerja lebih efektif dan produktif dan punya lebih banyak waktu bersama keluarga.
Sekarang, kita sudah memasuki tahun 2021. Pasti banyak target pribadi dan profesional yang ingin kita kejar. Meski begitu, melihat bahwa pandemi tampaknya masih akan berlangsung cukup panjang, banyak dari kita yang masih harus melakukan WFH (work from home). Nah, tak perlu takut bosan karena kalian bisa meluangkan waktu dengan menonton film di sela aktivitas WFH.
Berikut ini rekomendasi tiga film layar lebar Hollywood yang bisa kalian tonton. Tak hanya menghibur, film-film ini juga bisa memotivasi dan menjadi inspirasi kalian menapaki dunia profesional.
1. The Devil Wears Prada
Film ini mengajarkan profesionalisme dan berani jadi diri sendiri, serta pentingnya mau beradaptasi. Tokoh utama film ini, Andrea Sachs, adalah fresh-graduate yang sedang mengejar pekerjaan pertama selepas lulus universitas. Berbagai surat lamaran kerja sebagai jurnalis sudah dia layangkan ke berbagai perusahaan media, hingga akhirnya ia mendapat pekerjaan sebagai asisten pimpinan redaksi majalah fashion ternama di New York, Miranda Priestly.
Sebagai seseorang yang tak terlalu mementingkan fashion, bekerja di sana tentu membuat Andrea kesulitan. Apalagi, dengan watak Miranda sebagai atasan yang keras dan semena-mena. “Gapapa bukan dream job, yang penting bekerja setelah tamat kuliah,” demikian Andrea membatin.
Mungkin itu pula pemikiran yang ada di benak para pelamar kerja, khususnya yang baru lulus kuliah, tapi apapun alasanmu, sikap profesionalisme dan bertanggung jawab perlu diterapkan dalam dunia kerja. Andrea berani menjadi dirinya sendiri ketika mengatakan ia tidak terlalu mementingkan fashion. Namun, bekerja sebagai asisten pribadi dari pimpinan redaksi sebuah majalah fashion ternama menuntutnya untuk mau beradaptasi. Ia harus memperhatikan penampilan agar lebih menarik serta melatih sikap profesional.
Begitu pula dengan kita, Chic Managers. Kita perlu bersikap profesional, tetap menjadi diri sendiri, tapi juga belajar dan beradaptasi sesuai dengan profesi, industri, dan lingkungan kerja kita. Mencontoh Andrea, yakinlah pula bahwa tantangan yang kita alami saat ini adalah bagian dari persiapan untuk masa depan hingga tiba kesempatan baru dan tepat untuk mengembangkan karir kita.
2. McFarland, USA
Film mengajarkan kita tentang pentingnya team work dan menahan ego. Film berdurasi lebih dari 120 menit ini bercerita tentang kisah nyata tim olahraga cross-country atau lari lintas alam sebuah SMA di lingkungan hispanik atau Amerika latin.
Sebagai info, lari lintas alam merupakan olahraga kelompok di mana satu tim terdiri dari tujuh orang pelari. Dalam lomba lari lintas alam, juara kompetisi dinilai dari akumulasi waktu dari lima pelari dalam satu tim yang mencapai garis finish.
Di antara tujuh pelari dalam tim, ada yang menjadi pelari utama alias yang paling cepat, ada pelari kedua dan ketiga yang berlari dengan pasti dan konstan yang mampu mengimbangi si pelari utama, disusul oleh empat rekan pelari lain di dalam satu tim. Mereka semua harus memiliki ketahanan (endurance) untuk tetap berlari kencang agar nilai akumulasi tidak tertinggal sedetik pun dari kubu lawan.
Pada kelompok tim cross country SMA McFarland ini ada Thomas Valles sebagai pelari utama sekaligus kapten regu, diikuti Johnny Sameniego, Jose Cardenas, dan tiga Diaz bersaudara—Damacio, David dan Danny. Masing-masing memiliki phasing yang saling mengisi dan menguatkan tim demi tercapainya gelar juara.
Pada suatu pertandingan memperebutkan juara kompetisi negara bagian California, ada adegan di mana Jose Cardenas menggeber lari di menit awal pertandingan, melampaui Thomas Valles sang pelari utama. Apa akibatnya? Jose kelelahan di kilometer pertengahan dan mengakibatkan Thomas serta rekan-rekannya harus menggeber kecepatan lari mereka demi akumulasi total lima waktu berlari tercepat dalam mencapai garis finish.
Pada adegan tersebut, kita bisa menerka bahwa Jose ingin memuaskan ego pribadinya untuk bisa menjadi juara utama dalam satu tim. Apalagi, hadiahnya nanti adalah beasiswa ke berbagai universitas bergengsi di negara bagian California. Sayangnya, Jose tidak memiliki cukup kompetensi hingga mengakibatkan teman-temannya harus bekerja ekstra keras dalam pertandingan.
Tim cross-country ini ibarat suatu divisi perusahaan. Ada yang memegang jabatan sebagai chief executive, manager, supervisor, dan staff. Apapun posisi jabatan yang dipegang oleh setiap orang, semua anggota tim perlu membangun kekompakan dan saling mendukung untuk mengejar target divisi. Jadi buanglah ego dan tunjukkan hasil kerja yang terbaik karena seperti pepatah, “Perjuangan tidak akan mengkhianati hasil.”
3. The Intern
Film ini mengajarkan kita untuk bersyukur dan menyadari bahwa di balik keberhasilan kita, selalu ada orang-orang yang membantu dan mendukung dari belakang. The Intern dirilis pada tahun 2015 ini mungkin akan mengingatkan kita dengan sosok Andrea Sachs di The Devil Wears Prada, karena sama-sama diperankan oleh Anne Hathaway. Yang membedakan adalah, tokoh utama The Intern, yakni Jules Ostin, diceritakan tengah membangun sebuah startup (perusahaan rintisan) bernama About the Fit yang bergerak di bidang online fashion.
Sosok Jules mungkin mewakili para Chic Managers yang sudah bekerja kantoran selama bertahun-tahun dan ingin menjadi seorang entrepreneur. Memiliki usaha sendiri tentu merupakan impian perempuan masa kini yang berharap bisa menyeimbangkan hidup sebagai seorang istri dan ibu.
Apakah hidup Jules lantas menjadi sempurna? Jangan salah! Ia bukan kombinasi Wonder Woman dan Super Mom. Beruntung, Jules memiliki support system yang mendukung dirinya untuk mewujudkan mimpi membangun perusahaan. Iya mendapatkan dukungan dari suami serta tim yang bekerja bersamanya sejak perusahaan dirintis dari bawah.
Dalam film ini, digambarkan sang suami bersedia menjadi bapak rumah tangga karena pekerjaannya dapat dilakukan dari rumah sembari mengasuh anak dan berbagi tugas domestik bersama istri. Namun, ada saja tantangan yang mereka hadapi. Hubungan keduanya sebagai suami istri menjadi tidak harmonis hingga tiba di ambang perceraian. Hal ini menyebabkan Jules tidak fokus untuk mengembangkan bisnisnya.
Film ini mengajak kita untuk meluangkan waktu sejenak dan mengingat orang-orang yang menjadi support system kita. Apakah mereka orang tua, saudara kandung, sahabat, suami, pacar, atau rekan kerja yang setiap saat selalu ada buat kita. Mereka adalah para cheerleaders yang mempercayai mimpi-mimpi kita. Jangan lupa untuk bersyukurdan meluangkan waktu bersama mereka—bukan untuk mengeluh atau membahas pekerjaan, melainkan untuk mendapatkan quality-time yang utuh bersama mereka.
Sosok lain yang menonjol dalam film ini adalah Ben Whittaker yang diperankan oleh Robert De Niro. Ben adalah pria pensiunan berusia 70 tahun yang terbiasa bekerja. Ia merasa ada yang kurang dari kehidupannya sejak menganggur. Akhirnya, Ben melamar saat About the Fit membuka lowongan program magang senior.
Pada sosok Ben, tagline “experience never gets old” menjadi nyawa cerita bahwa generation gap itu bukanlah sebuah hambatan, dan usia senior bukan berarti usang dan ketinggalan zaman. Hal lain yang dapat kita pelajari dari film ini lewat sosok Ben adalah: setiap orang, tak peduli berapa usianya—tua atau muda—atau apapun posisi atau jabatannya—tinggi atau lebih rendah—dapat menjadi mentor untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Itu tadi tiga film inspiratif untuk teman-teman Chic Managers. Di luar film-film itu, apa film menarik dan inspiratif yang pernah kalian tonton? Bagikan dalam kolom komentar ya. 🙂