Strategi Membangun Brand Ala Helianti Hilman

strategi membangun brand
Foto: Dok. Chic Managers

Branding wajib dilakukan oleh perusahaan ataupun pengusaha untuk membangun reputasi dari brand atau merek yang mereka punya atau kelola. Sebelumnya, Chic Managers sudah mengulas tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam branding. Kali ini, kita akan belajar lebih banyak lagi dari Helianti Hilman, Founder dan CEO Javara Indigenous Indonesia tentang strategi dalam menentukan dan membangun brand.

Javara Indigenous Indonesia adalah perusahaan berbasis sosial yang mengembangkan produk-produk organik warisan keragaman hayati Indonesia. Berdasarkan pengalamannya mendirikan dan mengembangkan Javara sejak tahun 2008, berikut ini strategi yang perlu dilakukan oleh pemilik usaha dalam menentukan dan membangun brand, dari Helianti Helmi:

1. Memahami siapa yang menjadi tujuan pasar

Ini adalah hal yang utama. Kita harus tahu siapa tujuan pasar kita, karena jika tidak, maka kita akan kesulitan merancang produk dan branding-nya. Kebanyakan orang memulainya terbalik, yakni menentukan brand terlebih dahulu, baru menentukan target pangsa pasar kemudian.

2. Memahami apa yang menjadi daya pembeda

Kita harus memahami apa daya pembeda atau hal yang membuat kita unik dari sisi produk dan layanan. Hal itu harus terlihat pada brand. Helianti mencontohkan brand miliknya, Javara. Javara mengusung tagline “Indigenous Indonesia”, karena mereka ingin mengangkat produk-produk asli Indonesia yang terlupakan.

“Javara itu artinya champion (juara), kami mengangkat champion products dari champion farmers. Jadi, mindset itu sudah masuk dalam pembentukan branding itu sendiri,” ungkapnya.

Helianti juga menambahkan bahwa tak ada salahnya pengusaha melakukan rebranding jika mereka sudah terlanjur memiliki produk, tapi merasa brand atau produknya itu tidak efektif. “Melakukan rebranding itu biasa. Perusahaan-perusahaan besar juga banyak yang melakukan rebranding,” kata dia.

Helianti menceritakan satu pengalaman lucu tentang rebranding yang pernah ia lakukan. Suatu kali Javara menawarkan produk sagon ke beberapa supermarket. Pada waktu itu, mereka mengemas makanan tradisional tersebut dengan nama “sagon” dan dalam kemasan kotak kertas. Tak ada yang mau membuka PO (purchase order) kecuali satu supermarket.

“Supermarket lain bilang, ini kan produk kampung, murahan, kenapa Ibu jual mahal sekali? Akhirnya kami ganti namanya menjadi ‘coconut biscotti’. Ternyata semua buka PO, dan harganya kami naikkan lagi. Itulah mengapa rebranding bisa menjadi hal yang sangat penting. Oleh karena itu, jangan ragu, jangan takut jika kita perlu melakukannya,” pesannya.

3. Memahami kompetisi

Kunci ketiga ini tak kalah penting, menurut Helianti. Jika kita bicara branding, maka kita bicara tentang persepsi dan value. Value itulah yang menjadi kekuatan kita untuk berkompetisi. Lantas, apa yang harus dilakukan untuk memenangkan kompetisi?

Menurutnya lagi, ada banyak pilihan tentang bagaimana kita ingin berkompetisi di pasar. Apakah adu murah, adu banyak dalam menyuplai produk, adu kualitas, adu keunikan, adu atribut, atau adu kelengkapan pilihan.

Adu kecepatan dalam layanan misalnya, bisa dipilih oleh usaha yang berani menyediakan pesanan dalam waktu yang paling cepat. Adu atribut misalnya, dalam bentuk kelengkapan sertifikasi, seperti sertifikasi organik dan lain-lain. Adu layanan contohnya, dalam hal kecepatan atau responsiveness dalam menjawab pertanyaan atau melayani pesanan.

Diakui oleh Helianti, Javara punya pembeli-pembeli yang loyal meski harga produk mereka tak bisa dibilang yang paling murah, karena memiliki banyak atribut. “Javara memiliki 750 jenis produk dan semuanya sudah memiliki sertifikasi organik standar Amerika, Eropa, dan Jepang. Kami juga adalah perusahaan pertama yang memberikan jaminan ketenagakerjaan untuk petani. Banyak pembeli setia karena kelengkapan itu,” paparnya.

Bicara soal kompetisi dan responsiveness, Helianti berpesan bagi orang-orang yang ingin memulai usaha. Jika dikomplain, jangan defensif.

“Jika kita salah, ya kita akui salah. Tak ada bisnis yang lepas dari kesalahan dan tak ada produk yang sempurna semuanya. Kita harus realistis,” pesannya. Yang perlu dilakukan oleh pengusaha adalah mengantisipasi komplain dan membuat SOP (standard operating procedure). Jika kita dikomplain, siapkan apa yang harus kita lakukan atau sampaikan.”

 

Semoga tips dari Ibu Helianti Helmi ini bermanfaat untuk para Ladies serta teman-teman yang ingin merintis dan mengembangkan usaha ya! 🙂

About Restituta Arjanti

Biasa dipanggil dengan nama tengahnya, Ajeng. Ia memulai kariernya sebagai Jurnalis. Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di Industri Media dan Teknologi, sekarang ia aktif sebagai penulis dan editor profesional serta konsultan di bidang Media, Konten, dan Public Relations.

View all posts by Restituta Arjanti →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *