
Kita sering mendengar ungkapan bahwa sebelum mencintai orang lain, kita harus mencintai diri sendiri terlebih dulu. Kedengarannya mudah, tapi benarkah kita sudah mencintai diri kita dengan baik? Masih perlukah kita belajar mencintai diri sendiri?
Ada beberapa pertanyaan kunci yang bisa menjadi pegangan untuk mengingatkan kita agar lebih mencintai diri. Berikut di antaranya:
Sudahkah kita menerima keadaan diri kita apa adanya?
Tak ada manusia yang sempurna. Setiap perempuan diciptakan unik dan memiliki kecantikannya masing-masing. Dua hal ini terdengar klise, tetapi harus kita akui tidak mudah untuk menerimanya.
Masalah kurang pede (percaya diri) dan menilai diri sendiri negatif bukanlah masalah yang terbatas dirasakan oleh mereka yang dari luar terlihat sangat biasa dalam hal pencapaian. Orang-orang yang memiliki prestasi, menjadi idola ataupun memiliki karier yang pesat sekalipun bisa terjerat masalah ini.
Untuk mengatasinya, lakukan afirmasi (penegasan) positif dengan menuliskan pencapaian-pencapaian yang berhasil kamu raih, yang membuatmu senang. Jangan lupa mensyukurinya, mulai dari sekecil apapun pencapaian yang kamu raih.
Praktikkan hal itu secara rutin. Afirmasi positif akan membuat kita berpikir positif terhadap diri dan bersikap positif pada orang lain.
Sudahkah kita memperlakukan tubuh kita dengan baik?
Tubuh adalah “rumah” bagi jiwa kita. Menjaga tubuh kita tetap dalam kondisi prima dan sehat sangat penting agar kita bisa menjalani hidup dengan baik. Oleh karena itu, kita perlu selalu mengonsumsi makanan yang sehat, memperbanyak minum air putih, dan cukup tidur. Bila diperlukan, lakukan diet yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tubuh. Jangan malas berolah raga agar tubuh tetap sehat.
Tak hanya soal asupan bagi tubuh, istirahat, dan olah raga; mencintai diri sendiri juga dapat dilakukan dengan melakukan detox, menggunakan tabir surya untuk menjaga kulit dari paparan sinar matahari siang, dan melakukan treatment.
Sudahkah kita memperlakukan jiwa kita dengan baik?
Apakah kita selalu dilanda stres? Misalnya dalam perjalanan menuju ke kantor, atau saat membuka timeline media sosial—yang lantas membuat kita membandingkan diri dengan orang lain?
Stres yang berkepanjangan tidak hanya menggerogoti jiwa, tapi lebih jauh akan mencetuskan penyakit secara fisik. Mulailah mengelola stres dengan menentukan prioritas dalam pekerjaan dan menyaring terpaan informasi.
Kapan terakhir kali kamu membaca buku, melakukan hobi, dan menikmati “me time” tanpa gangguan notifikasi? Media sosial memang penting, tapi dunia nyata lebih penting. Cobalah untuk merasakan kembali kertas dengan aromanya yang khas saat kita membaca buku, mengerjakan jurnal dengan membuat coretan dan tulisan di atas kertas. Kegiatan-kegiatan ini akan menjangkau memori kamu akan saat-saat menyenangkan di masa kecil dahulu, dan bisa membangkitkan perasaan senang dan mengusir stres.
Kamu juga bisa melakukan digital detox secara rutin. Misalnya, pada saat libur atau akhir pekan. Cobalah sesekali menjaga jarak dengan gadget dan fokus pada hubunganmu dengan pasangan, teman, atau keluarga tanpa distraksi dari media sosial. Kamu juga bisa menantang teman-teman dekatmu untuk melakukan digital detox ini, Ladies! Pasti seru, bukan?
Ladies, mencintai diri kita dapat dimulai kapan saja, mulai dari langkah apapun yang menurut kita paling mudah. Misalnya, mengurangi makan mi instan atau minum kopi sachet. Mencintai diri berarti meningkatkan kualitas hidup dan syukur. Bukan hanya sekadar niat kamu yang diperlukan, tapi juga komitmen untuk menjalankannya. Semangat, Ladies!