Alasan Mengapa Prinsip “Jangan Menilai Orang dari Penampilan” Sulit Diberlakukan di Dunia Kerja

jangan menilai orang dari penampilan
Ilustrasi Foto: Pixabay

Banyak yang bilang, jangan menilai orang dari penampilan luarnya. Siapa tahu, di balik penampilan luar seseorang yang biasa saja, ada banyak kelebihan dalam diri mereka. Nah, idealnya, pesan moral tersebut menjadi “pegangan” banyak orang ketika menilai orang lain, baik dalam kehidupan personal maupun profesional. Sayangnya, tidak demikian.

Coba tanyakan pada diri kita sendiri ketika melihat orang berpenampilan seram dan berantakan—berpakaian kumal, berambut gondrong, berjenggot dan bercambang yang tak beraturan. Jika ada kesempatan, pasti kita akan menghindari berpapasan dengan orang tersebut. Contoh lain, coba ingat bagaimana respons kita ketika melihat rekan kerja perempuan memakai rok yang terlalu pendek, atau kemeja yang tipis, atau dress dengan bagian dada yang terlalu rendah ke kantor. Apa yang kamu pikirkan?

Tidak menilai orang dari penampilan luar itu baik, tapi sulit untuk dilakukan. Di dunia profesional, penampilan merupakan hal yang penting. Memang banyak perusahaan sudah memberikan kebebasan bagi karyawannya untuk datang ke kantor dengan penampilan santai dan kasual. Beberapa startup (perusahaan rintisan) bahkan membolehkan karyawan untuk datang ke kantor mengenakan T-shirt dan celana pendek, tapi itu tak berarti karyawan bisa seenaknya.

Kerapian dan kebersihan adalah hal yang mutlak harus diperhatikan. Ketika perusahaan membolehkan karyawan bergaya santai dan kasual, tidak berarti karyawan boleh berlaku sama ketika berhadapan dengan  partner perusahaan ataupun client.

Meski banyak orang suka mengutip pesan bijak “don’t judge a book by its cover”, tapi tak selamanya kita bisa berpikir seperti itu, apa lagi di dunia kerja. Hal itu adalah mitos. Perlu kita sadari, menjaga penampilan bukan hanya sebatas tuntutan dari profesi, tapi juga berhubungan dengan cara kita menghargai diri kita sendiri.

Berikut beberapa alasan mengapa kita perlu memperhatikan penampilan:

Penampilan adalah cerminan kepribadian

Jika kamu orang yang peduli dengan penampilan, kamu pasti sadar dan sering mengamati bahwa setiap orang punya gaya berpakaiannya masing-masing. Misalnya:

  • Si A punya karakter feminin dan anggun. Ia selalu mengenakan pakaian berbahan halus dan lembut, serta rok dan high heels. Make up dan aksesoris tak pernah absen dari penampilannya.
  • Si B tegas dan profesional. Sehari-hari dia mengenakan kemeja dan sepatu pantofel perempuan berwarna netral—hitam atau coklat. Dia selalu menyimpan blazer di kantor, untuk berjaga jika sewaktu-waktu perlu menghadiri rapat atau event resmi yang mendadak.
  • Si C punya karakter kalem dan manis. Dia sering mengenakan pakaian berwarna pastel dikombinasikan dengan aksesoris sederhana.

Ya, penampilan adalah cerminan kepribadian seseorang. Sekarang coba lihat penampilan kamu. Kira-kira, bagaimana pandangan orang tentang kamu jika melihat penampilanmu? Apa yang kamu harap mereka pikirkan tentang kamu?

Bentuk cinta terhadap diri sendiri

Menjaga penampilan juga merupakan salah satu bentuk cinta terhadap diri sendiri. Rasa cinta kita terhadap diri sendiri bisa dilihat dari luar melalui penampilan kita—dari kerapian dan kebersihan diri kita, termasuk dari cara kita berpakaian.

Cara pandang kita terhadap diri kita sendiri pun bisa berpengaruh pada penampilan kita. Ada orang yang merasa dirinya biasa saja dan tidak cantik, lantas malas untuk memperhatikan penampilan. Dipikirnya, ah mau dandan semaksimal mungkin pun percuma. Toh hasilnya bakal biasa saja.

Ladies, jika pikiran tersebut pernah terlintas di benak kamu, segera buang jauh-jauh! Berpikir negatif tentang diri kamu bisa merusak pola pikir kamu. Itu juga salah satu bentuk dari kurangnya rasa cinta kamu terhadap diri sendiri. Daripada memikirkan kekurangan (fisik) diri sendiri, lebih baik cari tahu apa saja kelebihan yang bisa kamu unggulkan untuk menutupi kekurangan tersebut. Meski begitu, jangan lupa untuk tetap menjaga penampilan.

Penghargaan terhadap orang lain

Ketika akan menghadiri meeting penting dengan client atau partner perusahaan, coba kita posisikan diri kamu sebagai mereka. Apakah kamu mau bertemu dengan seseorang yang berpakaian berantakan dan tak terurus? Jika mereka datang ke kantor kita dengan penampilan tidak rapi, tentu kita akan merasa tidak dihargai atau mungkin tersinggung.

“Datang ke kantor orang untuk meeting membicarakan satu project besar, kok penampilannya berantakan!”

Coba ingat saat kita melamar pekerjaan. Ketika menghadiri undangan wawancara kerja, kita pasti berusaha tampil semenarik dan semaksimal mungkin, dengan harapan bisa diterima di perusahaan tersebut. Sama seperti orang yang mewawancarai kita dulu, client atau partner perusahaan pun akan menilai penampilan kita.

Jika kita tampil dengan harum, bersih dan rapi, tentu orang yang kita temui pun akan merasa nyaman berinterasi dan berdiskusi dengan kita. Mereka akan merasa dihargai. Selain tampil dengan  rapi, jangan lupa lengkapi diri kamu dengan tutur kata dan perilaku yang sopan ketika berhadapan dengan orang lain. Tunjukkan sosokmu sebagai seorang profesional.

Penampilan dapat menunjang karier

Ladies, ayo akui. Ketika kamu tampil rapi dan berdandan maksimal ke kantor, rasa pede kamu pasti ikut terdongkrak. Kamu menjadi lebih ceria, lebih mantap ketika memberi presentasi dalam meeting, dan lebih bersemangat menjalani hari.

Kita tak bisa pungkiri bahwa penampilan bisa menunjang karier kita, Ladies. Penampilan bukan hanya merepresentasikan kepribadian kita, tapi juga “wajah” perusahaan. Nah, seandainya kamu merasa belum bekerja sesuai dengan profesi atau di perusahaan yang kamu cita-citakan pun, jangan abaikan penampilanmu.

Ingat ini. Dress for the job you want! Berpakaianlah sesuai dengan pekerjaan yang kamu inginkan. Kesempatan untuk bertemu dengan relasi baru—baik partner, client, atau calon bos baru kamu—bisa datang kapan saja. Pastikan kamu siap  dan pantas ketika berhadapan dengan mereka.

 

Jadi Ladies, pesan bijak untuk jangan menilai orang dari penampilan luarnya tidak berlaku di dunia kerja, kecuali kalau kamu sudah supersukses dan tajir melintir seperti Mark Zuckerberg. Namun rasanya, tak ada perempuan sukses dan inspiratif yang tampil dengan gaya cuek dan berantakan, ya. 🙂

About Restituta Arjanti

Biasa dipanggil dengan nama tengahnya, Ajeng. Ia memulai kariernya sebagai Jurnalis. Dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun di Industri Media dan Teknologi, sekarang ia aktif sebagai penulis dan editor profesional serta konsultan di bidang Media, Konten, dan Public Relations.

View all posts by Restituta Arjanti →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *