Ladies, jika kamu sudah berkali-kali mengikuti seleksi masuk berbagai perusahaan—baik melalui jalur reguler maupun Management Trainee, kamu mungkin sudah familiar dengan istilah tes FGD (Focus Group Discussion) dan LGD (Leaderless Group Discussion). Meskipun hanya pernah mengikuti salah satu tes, tapi kedua istilah ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kamu.
Karena namanya yang agak mirip, banyak orang yang sering salah kaprah dengan bentuk tes FGD dan LGD. Keduanya dianggap sama, padahal penggunaan kata “focus” pada FGD dan “leaderless” pada LGD menekankan makna yang berbeda.
Nah, buat kamu yang masih bingung, berikut ini adalah persamaan dan perbedaan antara FDG dan LGD.
1. Jumlah peserta
Secara garis besar, jumlah peserta FGD dan LGD sama-sama bervariasi, yakni berkisar antara 6 hingga 12 orang. Berbeda dengan wawancara kerja kebanyakan, di mana satu orang kandidat dinilai oleh satu atau lebih pewawancara; dalam FGD dan LGD kamu akan dipertemukan dengan kandidat-kandidat lain yang menjadi saingan Kamu. Apabila peserta diskusi berjumlah genap, maka tim penilai bisa mengelompokkan mereka ke dalam dua kubu—pro dan kontra. Hal ini tentunya membuat diskusi menjadi lebih seru dan dinamis.
2. Topik diskusi
Topik yang diangkat dalam kedua diskusi biasanya tidak berkaitan langsung dengan dunia kerja, melainkan menyinggung isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan di media, atau konflik yang mungkin dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Peserta selanjutnya diminta untuk bersama-sama mencari solusi atas permasalahan tersebut. Oleh sebab itu, sebelum waktu berakhir, setiap kelompok diskusi harus bisa menarik kesimpulan berdasarkan instruksi yang diberikan di awal diskusi.
3. Jalannya diskusi
Di awal FGD, tim penilai akan membagikan materi berupa satu buah topik untuk dibahas bersama. Selanjutnya, peserta diberi waktu beberapa menit untuk memahami materi, sebelum kemudian tim penilai—yang juga merupakan moderator—memandu para peserta untuk menjalani diskusi yang sistematis dan terarah. Nah, mekanisme ini sedikit berbeda dengan LGD.
Dalam LGD, para peserta diberi kebebasan untuk menentukan jalannya diskusi. Mereka juga boleh menyepakati siapa yang menjadi moderator dan notulen, termasuk membuat kebijakan diskusi sendiri. Tugas tim penilai hanya sebatas memberi “rambu-rambu”, seperti kapan diskusi bisa dimulai, serta jumlah waktu yang tersisa.
4. Sistem penilaian
Ada yang mengatakan bahwa FGD dan LGD masih merupakan bagian dari tes psikologi. Pasalnya, melalui kedua jenis seleksi ini, perusahaan bisa menilai kepribadian peserta diskusi dengan cara mendengarkan pendapat atau argumen mereka. Bedanya, dalam FGD tim penilai berperan sebagai moderator yang mengarahkan jalannya diskusi, sedangkan dalam LGD tim penilai tidak ikut serta dalam diskusi dan hanya sekadar mengamati.
Melalui FGD dan LGD, perusahaan bisa mengetahui kreativitas serta kemampuan berpikir kandidat berdasarkan ide dan solusi yang mereka tawarkan. Namun, mengingat peserta LGD bebas mengatur jalannya diskusi, maka cara mereka mengendalikan emosi lebih mudah terlihat di sini. Tim penilai juga bisa melihat siapa peserta yang terlalu mendominasi, serta siapa yang pasif atau kurang percaya diri.
Idealnya, ukuran penilaian peserta FGD dan LGD di setiap perusahaan berbeda-beda tergantung kebutuhan. Namun, selama dalam diskusi kamu menunjukkan inisiatif yang tinggi, tidak pernah menginterupsi peserta lain, terlihat kuat dalam berargumentasi, serta memiliki poin-poin lainnya yang mendukung kompetensimu sebagai calon karyawan, maka seharusnya peluang kamu untuk lanjut ke tahap berikutnya dan diterima di perusahaan akan lebih besar.
Nah Ladies, mudah-mudahan artikel di Chic Managers ini mencerahkan dan bisa membantu kamu supaya lebih siap menghadapi seleksi FGD maupun LGD, ya! 🙂