Monica Oudang: Kunci Mengatasi Kegagalan Ada pada Mindset Kita

Inspiring Women Chic Managers, Monica Oudang
Monica Oudang, Chief Human Resources Officer, Go-Jek. (Foto: Dok. Pribadi)

Kanal Inspiring Women menampilkan wawancara Chic Managers dengan para perempuan inspiratif yang memiliki prestasi di bidangnya masing-masing. Lewat pertanyaan-pertanyaan yang sederhana, kita bisa lebih mengenal mereka dan melihat bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari.


Chic Managers: Jam berapa Anda bangun tidur, dan apa hal pertama yang Anda lakukan ketika bangun tidur?
Monica Oudang: Saya bangun tidur antara jam 5.30–6 pagi. Hal pertama yang saya lakukan adalah membangunkan anak-anak dan menemani mereka makan pagi bersama, sebelum saya maupun mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Setelah itu saya berusaha menyelipkan waktu untuk yoga sebelum memulai aktivitas sehari-hari. Berolah raga di pagi hari berguna untuk mengisi energi buat saya.

CM: Siapa orang yang menginspirasi dan menjadi motivator Anda untuk sukses?
MO: Orang tua, terutama ibu saya. Dari ayah, saya belajar ketekunan, kerajinan dan struktur itu penting, tetapi dari ibu, saya belajar ketabahan dan pentingnya memiliki fighting spirit untuk selalu bangkit berdiri. Bahkan dalam saat tidak ada yang percaya kepada saya, ibu saya adalah orang yang selalu mendukung saya untuk berkarya dan berbuat lebih dari apa yang saya mampu. Dari dia, saya belajar bahwa, we are our greatest motivator.

CM: Adakah buku yang berkesan buat Anda, yang menurut Anda turut mengubah hidup Anda? Apa judulnya, dan kenapa buku tersebut berkesan?
MO: MINDSET by Carol Dweck. Buku ini benar-benar membuka mata saya bahwa semuanya itu mungkin. Semuanya ada di pikiran kita dan cara kita berpikir. Sering kali kita sudah gagal terlebih dahulu karena kita berpikir kita tidak bisa. Buku ini menunjukan hal-hal, bahkan sampai artistic skills bukanlah sekadar talent melainkan bisa kita pelajari dan lakukan dengan baik kalau kita punya open mindset. Buku ini membuat saya mencoba banyak hal baru dan breaking the limit.

CM: Seberapa lengket Anda dengan ponsel? Apakah Anda membawa ponsel pada saat tidur?
MO: Saya dulu sangat lengket dengan ponsel saya, dan sepertinya pekerjaan maupun WA (WhatsApp) yang masuk tidak pernah ada akhirnya. Tetapi saya menyadari, bahwa dengan begitu saya tidak bisa disconnect dari pekerjaan saya dan itu membuat saya tidak benar-benar hadir di hadapan orang-orang yang ada di depan saya. Hubungan saya dengan orang-orang di sekitar saya semuanya suffered.

Jadi sekarang, ponsel selalu saya silent, bahkan di siang hari. Itu membantu saya berkonsentrasi lebih baik dan membuat saya lebih hadir untuk orang-orang di depan saya. Itu juga membuat saya memiliki work life balance.

CM: Bagaimana cara Anda mengelola e-mail? Apakah Anda punya waktu khusus untuk membaca dan membalas e-mail?
MO: Saya membaca e-mail biasanya pagi sebelum jam 10 dan setelah jam 6 sore. Karena di luar itu saya biasanya tidak sempat membaca e-mail.

CM: Jika Anda mendapatkan bonus satu hari untuk libur dari pekerjaan kantor, apa yang akan Anda lakukan untuk mengisi waktu tersebut?
MO: Saya akan menghabiskannya bersama keluarga saya.

CM: Kapan terakhir kali Anda merasa burn-out? Apa yang Anda lakukan untuk menyegarkan pikiran?
MO: Burn-out yang paling parah saya rasakan mungkin 1,5 tahun yang lalu. Tetapi in general, saya lumayan sering mengalami close to burn-out karena saya orangnya tipe gas pol, hahaha. I always give it my all dalam segala hal yang saya kerjakan.

The good thing is, seiring berjalannya waktu, saya belajar mengenali sinyal di mana saya akan burn-out. Obatnya buat saya adalah melihat apa yang menjadi sumber energi saya. Sumber energi saya adalah hubungan saya dengan orang. Biasanya saya akan menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman saya, atau mengambil quick break dari rutinitas saya. Spontanitas itu penting.

CM: Pernahkah Anda mengalami kegagalan? Bagaimana cara Anda mengatasinya?
MO: Kegagalan adalah hal yang wajar dan menurut saya perlu untuk kita agar berkembang dan bertumbuh. Kalau kita tidak pernah gagal, maka kita tidak akan pernah tahu apa itu sukses dan menghargainya. Bagaimana saya mengatasinya adalah dengan mindset bahwa kegagalan ini sebenarnya adalah pelajaran hidup untuk menjadi lebih baik di masa depan.

Di dalam momen saat saya paling down dan merasa tidak ada solusi atau jalan keluar, di situlah saya kemudian mulai berpikir. Tidak akan ada orang yang peduli dengan situasi saya. Meskipun mereka peduli, tetapi mereka juga tidak akan bisa memberikan jalan keluar karena ultimately, ini adalah masalah saya dan kehidupan saya.

Jadi pilihan saya adalah, apakah saya mau membiarkan diri saya berlarut-larut dalam kesedihan atau kegagalan itu, atau saya bangkit kembali dan menerima tantangan. Karena kita tidak pernah tahu apa hasilnya.

Teruslah bergerak dan kamu akan melihat perbedaan. Berhenti hanya akan membuat kamu tidak punya pilihan. Setiap kali saya berbicara kepada diri sendiri seperti itu, saya kembali dengan semangat yang lebih besar untuk menaklukkan banyak hal.

CM: Apa quote favorit yang memberikan kekuatan atau inner peace untuk Anda?
MO: Saya nggak tau ada quote ini atau nggak, tapi saya percaya bahwa inner peace terjadi ketika kita menerima segalanya sebagaimana adanya, dan mengetahui bahwa kita sudah melakukan yang terbaikSo learning to let go is one of the great paths to inner peace.

CM: Benda apa yang wajib ada di dalam tas dan selalu Anda bawa ke mana-mana?
MO: Ponsel dan dompet. 🙂

CM: Bagaimana cara Anda mengatur waktu antara pekerjaan dengan keluarga?
MO: Saya cukup disiplin dalam manajemen waktu, dan saya sudah belajar memprioritaskan keluarga, pekerjaan dan kegiatan sosial. Sebagai wanita, I think we are wired differently. Kita terlalu banyak menyalahkan diri sendiri dan mengharapkan diri kita menjadi superwomen. Tapi itu tidak mungkin. Kita bukan superwomen.

Salah satu tantangan terbesar dalam hal ini adalah menerima bahwa kita tidak akan pernah punya cukup waktu dalam sehari untuk melakukan semua hal yang ingin kita lakukan. Dan terkadang, kita tidak bisa melakukan banyak hal dengan sempurna karena kapasitas kita yang terbatas. Jadi terimalah dan berbahagialah dengan mengetahui bahwa kita sudah melakukan yang terbaik.

CM: Siapa orang yang paling berperan dalam perkembangan karier Anda hingga bisa menjadi seperti saat ini? Jika Anda punya kesempatan untuk bertemu dengan dia saat ini, apa yang ingin Anda sampaikan?
MO: Suami saya, karena saya tahu tidak mudah to be married to me. Tapi dia selalu mendorong saya untuk melangkah lebih jauh dan jauh. Apa yang akan saya katakan adalah, terima kasih karena telah membiarkan saya hidup dengan potensi terbesar saya dan membuat dampak tidak hanya bagi diri saya sendiri tetapi juga bagi dunia.


Monica Oudang adalah Chief Human Resources Officer, Go-Jek. Ia memulai kariernya di industri perbankan, namun ketertarikannya pada dunia SDM menuntunnya untuk membangun bisnis di bidang perekrutan karyawan pada tahun 2008. Monica bergabung dengan Go-Jek sebagai Chief Human Resources Officer pada 2015, dan membantu perusahaan tersebut berkembang dari beberapa ratus karyawan dan mitra pengendara hingga menjadi sebesar saat ini.

About Monica Oudang

Monica Oudang adalah Chief Human Resources Officer, Go-Jek. Ia memulai kariernya di industri perbankan, namun ketertarikannya pada dunia SDM menuntunnya untuk membangun bisnis di bidang perekrutan karyawan pada tahun 2008. Monica bergabung dengan Go-Jek sebagai Chief Human Resources Officer pada 2015, dan membantu perusahaan tersebut berkembang dari beberapa ratus karyawan dan mitra pengendara hingga menjadi sebesar saat ini.

View all posts by Monica Oudang →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *